Awal tahun 2016 yang lalu, banyak orang disibukkan dengan kegiatan membuat resolusi. Buatku, resolusi awal tahun itu kegiatan rutin. Walaupun belum tentu setiap poin di kertas resolusi tahunanku benar-benar dijalani selama 12 bulan dengan konsisten. I just love the idea of yearly resolution, it’s like we start the year with positive feeling and motivation.
I used to have a long list of resolutions. Di tahun ini, i made it pretty concise with only five points. Dan aku mau sedikit cerita tentang pengalamanku menjalani salah satu dari lima resolusi itu secara konsisten (insya Allah beneran konsisten terus sampai tahun-tahun berikutnya). I put it up on the wall, it’s resolution number four: Do not ever hesitate in doing good deeds.
Aku selalu teinspirasi melihat orang-orang yang wajahnya bersinar dan senyumnya ramah. Orang-orang yang willingly menolong, berbagi, dan selalu berbuat baik. I see happiness shining through their face. Susah dideskripsikan, tapi kalian pasti mengerti apa yang aku maksud. Mereka orang-orang yang berprinsip bahwa kebaikan yang kita tanam adalah kebaikan yang akan kita tuai juga.
So, i put that resolution on my list. At first i thought it’s hard. Tapi ternyata hal baik itu banyak ragamnya dan kebanyakan adalah hal yang simpel. Sesimpel bangun pagi, menawarkan makanan ke orang lain, hold the door for someone else, meng-encourage diri sendiri untuk belajar dan mengerjakan tugas, dan lain-lain. Sebetulnya, di resolusi ini aku lebih fokus ke berbuat baik untuk orang lain (but we should never forget to do good for ourselves too!).
Setiap aku ragu, aku selalu membaca mantra “do not ever hesitate in doing good deeds“. Misalnya, ketika aku diberi kesempatan untuk bisa menolong orang lain tapi saat itu aku sebenarnya juga lagi sempit banget dan overwhelmed dengan urusanku sendiri. I read the mantra and then i tried to help.
Then what’s the outcome? The outcome is beyond amazing! No, tugasku ngga tiba-tiba selesai atau aku dapat rezeki bagai durian runtuh. But i do feel at peace. Meskipun deadline-nya bagai mencekik and i definitely had no idea what’s my dissertation topic is going to be, i feel at peace. Aku melenggang bahagia, was not panicking at all and i managed to do everything. Tanpa kemumetan berarti. I was a bit insecure, but i was calm too. And the calmness outweigh the insecurity. Ketika pentas budaya Indonesia selesai, teman-teman sekelasku bertanya “how did you manage to do all of that during these times?” dan aku ngga tau harus menjawab apa. I just did.
That’s the amazing thing about doing transaction with God, we do something which is definitely countable (time i spent to help people, money i gave to poor people, etc) and we got something in return that is uncountable and we can’t even describe it. It’s just magic.
And you know, that calmness was exactly what i was searching for. Peaceful mind. Dan sebuah kepercayaan bahwa ada Sang Maha Kuasa yang mengatur segalanya dan selalu menepati janjiNya. I can’t be more grateful for that. Hari ini aku bingung, besok insya Allah ada jalan keluarnya. Don’t get this wrong, we have to work for it, too. Sembari bekerja, kita harus terus percaya bahwa tangan Tuhan pun ikut bekerja untuk mencipta hasil yang sempurna.
So, let’s never hesitate in doing good deeds and we shall be able to make a better world *fingerscrossed*
Hai nona manis, biarkanlah bumi berputar menurut kehendak Yang Kuasa 🙂
♥ Atiqah Zulfa Nadia