Selamat pagi dari negara empat musim 🙂
Ini pertama kalinya aku tinggal di negara empat musim dan merasakan keempat musimnya dalam satu tahun. Aku datang di bulan September saat mau memasuki musim gugur dan di bulan yang sama juga nantinya aku (insya Allah) akan pulang. Jadi, musim gugur, salju (dingin), semi, dan panas akan aku lalui semuanya. Pergantian musim bukan cuma soal temperatur yang perlahan drop atau sedikit demi sedikit naik, bukan juga cuma tentang daun-daun berubah coklat, gugur, berbunga, kemudian hijau segar lagi. Tapi juga tentang matahari yang stay lebih lama atau lebih singkat di langit Manchester.

Aku sekarang sedang dalam masa adaptasi dari jadwal matahari normal (maksudnya normal adalah mirip-mirip dengan di Indonesia, terang dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore) ke jadwal matahari saat summer. Langit mulai berubah terang sekitar jam 4.30 pagi dan akan gelap jam 9 lewat di malam hari.
Waktu winter kemarin, langit terang sekitar jam 8 pagi dan gelap lagi jam 4 sore. Most people said it was depressing. Matahari punya peran penting ternyata dalam keseharian dan mood kita. I remember the gloomy days in here, ketika hujan engga tapi matahari juga sembunyi, I felt less energetic than when there’s sun. So, I basically finish everything at 6 during winter. Jam 5 sore pun rasanya udah laper banget dan harus makan malam. Setelah solat isya sekitar jam 6, I had nothing to do. Ada sih, belajar, karena waktu itu lagi musim ujian. But I did not go outside after 6, or rarely.
So it’s totally the other way around now. Kadang aku baru memulai aktivitas setelah jam 6 sore, dimana masih terang banget. Dan entah kenapa jadi ngga bisa ngantuk sebelum jam 11 atau 12 malam. So I stayed up till very late – or even till the next morning. Tapi, aku harus bangun lagi jam setengah 4 pagi untuk solat subuh (and it will get earlier on June). Kemarin temanku iseng ngecek puncak jadwal puasa terlama di sini, which is dari jam 2.35 sampai jam 9.40. We might not sleep at all at night, karena kalau dihitung-hitung selesai taraweh sekitar jam 12 lalu jam 2 harus sahur lagi.
Hidup di negara empat musim, banyak hal selalu berubah dalam siklus yang sama (atau seengganya mirip). It’s fun to have 4 seasons, tapi aku ngga kebayang sih kalau setiap tahun, per tiga bulannya aku harus menyesuaikan banyak hal. Terutama masalah waktu. Pas winter, waktu rasanya sempit banget sedangkan pas summer sebaliknya. Kadang itu mempengaruhi mindset juga, that I still have more time (padahal satu hari ya cuma 24 jam aja, ngga ada yang berubah).
Constant change yang aku alami di sini, membuat aku belajar beradaptasi dengan cepat dan lebih disiplin masalah waktu. Dan anyway, aku bersyukur banget karena waktu solat itu jadi salah satu hal yang membantu proses mendisiplinkan diri. Apalagi masalah kapan harus bangun pagi.
So, I think, tinggal di Indonesia lebih enak. As we all are spoiled by how stable the weather is. Suhu yang mirip-mirip sepanjang tahun, matahari yang selalu stay dalam durasi yang sama sepanjang tahun, angin yang ngga bikin susah jalan, dan lain-lain. Hidup jadi stabil banget juga karena bangun, tidur, makan, dan solat di jam yang sebelas-duabelas lah selama 365 hari. Jadi, bersyukurlah! At least setelah merasakan tinggal di sini dan bolak-balik beradaptasi, i find it more convenient to be in Indonesia hehehe
Well, if you ask, musim apa yang paling aku suka.. I will choose spring. Itu kayak titik balik banget setelah winter yang cukup menyiksa karena dingin dan bikin kulit kering. Akhirnya bisa terpapar angin sejuk dan bisa liat matahari lebih lama lagi.
♥ Atiqah Zulfa Nadia