Merantau mengajariku tentang persahabatan dalam dimensi waktu dan tempat.
Dalam waktu hampir satu tahun ini aku bertemu banyak banget teman baru. Dari mulai mahasiswa Indonesia lain di sini, teman-teman sekelas, temannya teman, sampai anak-anak dari mahasiswa Indonesia yang memboyong keluarganya ke sini. I did make a lot of friends, kalau dipikir-pikir. Walaupun sebagiannya hanya sebatas kenal nama.
Meski waktunya singkat, udah banyak hubungan pertemanan yang dilalui (bahkan yang mungkin ngga pernah terjadi dengan teman-teman lain yang udah kukenal bertahun-tahun lamanya). Kita make travel plans bareng, ngegalau bareng, masak-masak, nonton film, nge-random bareng, begadang nugas berjamaah, saling utang-utangan, dan lain-lain. Ngga terasa, we become so close together. A very intimate friendship, orang-orang ini yang paling tau ceritaku dalam beberapa bulan ke belakang. Cerita panik, cerita bahagia, cerita konyol, drama kehidupan, semuanya deh.. Sebagian besar teman-teman ini tentunya sesama mahasiswa asal Indonesia, tapi beberapa teman sekelasku yang berasal dari negara lain pun ada yang menjadi teman dekat.
Sedikit baper, aku tinggal punya waktu 2 bulan lebih sedikit di sini. Cepet banget ngga kerasa! Dan walaupun I am so excited to be home (disertasi seringkali bikin homesick “pulangkan aku ajaaa ke Jakarta…”), aku juga sedih karena ngga akan bisa sedeket ini lagi sama teman-teman di sini. We almost see each other everyday, ngelakuin banyak hal bareng cause simply we have time dan manusia butuh bersosialisasi. Dan nanti pas udah di Indonesia, I’m totally aware that things will change.
Terutama dengan teman-temanku yang dari negara lain. We won’t see each other anymore. Entah kapan akan dapet kesempatan untuk cross each other’s path lagi. In two (or even one) years time, perhaps they will only be my Facebook friends. Tau kan, maksudnya Facebook friends? Those friends in our Facebook’s friends list which we haven’t talked to for ages. “Oh that’s my elementary school friend, but I don’t know him anymore. But we were friends”-kind of friends. Ya gitu. Secanggih apapun teknologi mampu mendekatkan yang jauh, rasanya ngga akan lagi sama.
Kalau dengan teman-teman yang asal Indonesia juga, I bet it will be easier. Bisa arrange meet up once in a while, tanpa tau akan bertahan berapa lama acara meet up-nya akan terus diadakan. Cause we’re going to continue living. Semua akan punya kesibukan masing-masing. Everyone will go back to the life they left. Dari yang awalnya tiap hari bareng, jadi cuma sebulan sekali mungkin. Lama-lama jadi setahun sekali pas bukber di bulan puasa.
Merantau tuh mirip kayak lagi traveling, suatu hari harus kembali dan ‘balik ke realita’ (walaupun merantau juga realita sih..). Back to the place where we belong, dimana kehidupan akan berlanjut. Kemaren temanku bilang, yang bakal diinget dari pengalaman kuliah di luar negeri tuh most likely bukan apa yang dipelajari di kelas, tapi momen-momen sama teman dan cerita-cerita yang meninggalkan kenangan buat kita.
Aku ngga pernah mikir tentang ini sebelumnya, meskipun udah sering melewati masa perpisahan sama teman-teman. Dari SD pindah ke SMP, lalu ke SMA, kemudian kuliah, dan kerja. Tapi somehow tau one day we’ll meet again and no hard feeling at all ketika pisah sama mereka. Mungkin karena ngga se-intense di sini ya pertemanannya?
I’m so happy and beyond grateful to know and to feel this kind of feeling and friendship. Bahwa aku bisa get along very well dengan orang-orang dari negara lain dan banyak bertukar cerita dan juga bisa ketemu sesama orang Indonesia yang baik-baik dan punya interest yang sama. Without them, my life in Manchester wouldn’t be so exciting and bearable.
Teman-teman yang baik itu anugrah dari Tuhan dan di saat merantau gini, they’re your knights in shining armor. Menjadi tempat curhat dan berkeluh kesah yang dituju setelah Allah, mereka yang paling dekat dengan kita karena keluarga kita adanya puluhan ribu kilometer jauhnya.
Last but not least, I want to say thanks for the friendship and the good times! Good luck for us all.
These are my flat mates. Mereka secara jarak adalah orang-orang terdekatku di Manchester. Kami semua orang Asia dan punya kebiasaan yang mirip-mirip (bangun cukup pagi and we don’t do party). Walaupun mostly interaksi kami cuma berlangsung di dapur selama 30 menit sampai satu jam, we know each other quite well.
My classmates in our very last lecture. Udah berminggu-minggu aku ngga ketemu dengan banyak orang di dalam foto ini. Some of them are home for good, sisanya sibuk dengan penelitian masing-masing. Paling ketemu dan saling sapa di learning commons aja. It was very nice knowing all of them 🙂
Teman-teman road trip ke North Wales, 4 hari penuh ketawa dan curhat.
I once captioned this photo as “my luvly ukhti”, indeed they are lovely! Such a blessings banget bisa ketemu mereka semua dan keeping sane melewati segala drama kehidupan di Manchester hehe
Segenap teman-teman sekelasku yang nonton acara Indonesian Cultural Festival 2016. Really do appreciate them for coming around and watch the show! Love you guys
Anak-anak PPI-GM yang berpartisipasi di ICF. Banyak yang cuma kukenal nama, hehe
Sister-sister yang literally 4L (lu lagi, lu lagi) karena hampir tiap minggu ketemu dan main bareng. Kebetulan sama-sama hobi masak, makan (kecuali satu orang yang ke dapur aja jarang) dan wacana olahraga (kecuali satu orang yang ngga pernah wacana olahraga).
They all are my #SquadGoals
♥ Atiqah Zulfa Nadia