Be Our Guest

Aku udah beberapa kali bilang bahwa tinggal di Manchester itu membuatku belajar banyak hal. Nah salah satunya yang akan aku share kali ini adalah tentang nice things that we can do ketika bertamu atau ketika sedang menjadi tuan rumah. Di Manchester aku cukup sering bertamu, dalam rangka main, belajar bareng, rapat, latihan nari, pengajian, party, dan lain-lain. Jadi, artikel ini berbasis dari pengamatan dan pengalamanku sendiri selama di sana. Dan menurutku semuanya applicable juga untuk di Jakarta, as kindness is universal. So, let’s get started!

Kalau bertamu…

Yang paling penting tentunya izin dulu ke tuan rumah kalau kita hendak bertamu, kalau bisa kasih tau juga kira-kira kapan dan jam berapa kita akan datang. Nah, kalau bertamu dalam rangka ada acara di rumah tersebut, it will be very nice kalau kita membawa buah tangan. Misalnya, diundang untuk party di rumah seseorang, kemudian kita datang membawa jus 2 karton yang bisa disuguhkan saat itu juga untuk tamu yang lain. Aku bersyukur banget sih karena temanku mencontohkan ke aku untuk bawa buah tangan tiap datang ke party. Soalnya, if I don’t bring a juice, i will end up with alcoholic drinks. Meskipun tamu adalah raja, ngga ada salahnya banget kan untuk ikutan membantu tuan rumah. Paling simpelnya ya menawarkan diri untuk bantu-bantu preparation atau mencuci piring. Hal lain yang juga penting adalah jangan stay di rumah seseorang sampai terlalu malam, unless memang acaranya mengharuskan seperti itu (misalnya, nonton bareng). Sebenernya semuanya merupakan hal sederhana yang cukup obvious dan semua orang tau. Cuma kadang ngga dipraktekin aja hehe

Kalau menerima tamu…

Aku sendiri jarang banget nerima tamu sebenernya, tapi aku sering melihat bagaimana para tuan rumah men-treat para tamunya. Pertama, siapkan rumah dalam keadaan baik. At least si tamu nantinya bisa duduk dengan nyaman. Selanjutnya, kasih tau password wifi. Zaman sekarang kita emang lengket banget sama internet dan kuota di paket internet yang kita beli tuh ngga cukup untuk bisa mengakomodir itu. Jadilah kami menjadi fakir wifi. Maunya kalau udah sampai gedung atau rumah tuh langsung connect ke wifi. Yang ketiga adalah tawarin makanan. Aku udah 2 kali niat main ke rumah orang cuma untuk anter dan ambil barang, eh malah sekalian dapat makan siang gratis. Seneng kan? Nah jadi kalau mau bikin tamu senang, tawarin aja makanan. Terakhir, tanya how do they feel about the house. Misalnya, apakah kepanasan atau kedinginan.

Before I start writing, I thought I’m going to write a lot. Ternyata segitu aja yah? Intinya sih semua yang aku mention di atas adalah hal-hal yang sederhana yang impact-nya menurutku akan sangat besar buat tamu dan tuan rumah.

Semoga bermanfaat 🙂

 

♥ Atiqah Zulfa Nadia

Advertisement

Maroko (Bagian Pertama)

Letaknya di Afrika bagian Utara. Meskipun berada di benua Afrika, kekerabatan Maroko lebih dekat dengan negara-negara Arab. Bahasa yang digunakan di negara ini aja bahasa Arab. Selain itu, bahasa Perancis juga cukup common digunakan oleh masyarakat Maroko. Negara yang masih memiliki raja ini dulunya pernah dijajah secara administratif oleh Perancis (jadi segala kegiatan administratif negaranya diatur oleh Perancis while untuk kegiatan lainnya kerajaan dan pemerintahan Maroko masih punya kuasa penuh). Mata uang negara yang terkenal akan argan oil-nya ini adalah Moroccan Dirham. Please do remember to exchange your local currency to Moroccan Dirham, not Dirham! Aku soalnya sempet salah nuker uang, yang aku dapet adalah Dirham-nya Saudi instead of Maroko.

My itinerary was Casablanca-Rabat-Tangier. Sebetulnya ada dua kota lain yang menarik di Maroko, yaitu Fez dan Marrakesh. Sayangnya aku ngga mampir ke sana 😦 Hopefully next time..

Dulunya aku pikir Casablanca adalah ibu kotanya Maroko. Ternyata, Casablanca adalah kota terbesar di Maroko. Sama kayak dulu aku mengira Istanbul adalah ibu kota dari Turki. Hehehe 😀 Kalau lihat landscape dan tata kotanya, Casablanca itu seperti Jakarta tahun 80-an (sok tau banget, padahal tahun 80-an belum lahir). Mirip deh sama setting film-film jaman dulu. Satu hal yang aku notice, mobil-mobil mereka ngga terawat. They are also famous for being reckless drivers. Di hari pertama aku di sana, bus yang aku tumpangi menabrak sebuah taksi yang menyalip sembarangan. Gempar deh dunia, penumpang taksinya marah-marah. Well, that’s not important tho. Selain itu, bus umum di sana juga sama mengenaskannya sama bus umum di Jakarta.

Here’s some highlights from Morocco

Hassan II Mosque

Masjid yang sangat megah ini dibangun di atas tanah reklamasi, jadi letaknya bener-bener di ujung daratan. Konon di-claim sebagai masjid terbesar ketiga di dunia dengan menara tertinggi di dunia. Uniknya, banyak masjid di Maroko bentuk menaranya kotak instead of bulat (well, balok instead of tabung). Halaman masjidnya luas banget, no wonder masjid ini bisa menampung banyak sekali jamaah. Ornamen di masjid ini Moroccan-style banget, meskipun arsiteknya adalah orang Perancis. Tourist can come inside dengan membayar tiket seharga 120 dirham.

 

Jimat untuk Rumah

Kalau di Turki kita mengenal blue eye sebagai some kind of amulet, di Maroko ada telapak tangan yang menelungkup, namanya Hamsa. Biasanya Hamsa dipasang di pintu rumah sebagai protection dari hal-hal yang ngga baik. Waktu aku jalan-jalan di gang perumahan di Casablanca, emang rata-rata setiap pintu disertai dengan Hamsa.

IMG_1471

Water Seller

IMG_1624

Selain menjual minuman, kayaknya mereka sekaligus beratraksi dengan pakaian yang khas. Soalnya penghasilan mereka juga dari turis-turis yang minta foto bareng (kayak aku). Wadah minumannya konon berasal dari kulit sapi. Itu wadahnya yang dia selempangin di lehernya. Entah di dalamnya air apa (semoga sih air minum bersih).

Rue Soekarno

Di Rabat, ada sebuah jalan yang diberi nama Rue Soekarno. Yes you read it right, nama jalanan itu pun emang diambil dari nama Bapak Presiden RI yang pertama. Jadi, setelah Perang Dunia kedua, negara-negara Asia dan Afrika menggelar konferensi (KAA) di Bandung. I bet you all still remember ya.. Nah di konferensi itu Pak Karno sangat mensupport kemerdekaan Maroko yang saat itu masih belum merdeka. Setelah akhirnya merdeka, Maroko ingin membalas budi kebaikan dan support Bapak Soekarno. Ketika ditanya mau hadiah apa, Bung Karno saat itu menjawab bahwa beliau ingin rakyat Indonesia supaya bisa bebas masuk ke negara Maroko. Dari situlah asal usul kenapa kita para Indonesians ngga perlu apply visa untuk pergi ke sana. Selain itu, nama Soekarno pun dijadikan nama dari sebuah jalan di Rabat (anyway, ada Rue Bandung juga). Sebagai balasan, di Indonesia juga di buat deh jalanan dengan nama Kasablanka, di mana mall Kokas berdiri.

IMG_1759

 

Sekian dulu untuk cerita Maroko bagian pertama! To be continued…

 

♥ Atiqah Zulfa Nadia

Grocery Shopping in Manchester

Sebagai mahasiswa independen, pastinya harus minimal seminggu sekali mampir ke minimarket ataupun supermarket. Pokoknya ada aja yang dibeli, dari mulai bahan makanan sampai ke cemilan untuk begadang di learning common. Karena aku muslim, aku harus berhati-hati memilih makanan yang aku beli. Alhamdulillah di UK semua produk dilabel dengan baik sehingga aku ngga seberapa kesulitan waktu belanja.

I will first talk about the general stuffs. Kayak apa aja macam-macam supermarket di UK, terutama di Manchester. Basically, untuk supermarket besar dan murah (mungkin setara dengan Carefour ya kalau di Indonesia) ada dua yaitu Aldi dan Lidl. Untuk grocery shopping, pokoknya puas dan lengkap deh di sini. Cons: antri kasirnya panjang mengular. Aku biasa belanja bahan makanan di Lidl karena murah dan lokasinya dekat rumah. Cons lainnya adalah you can barely find the common brands. Ya karena supermarket yang value-nya ekonomis, jadi merknya ya merk murah. Ngga ada nutella, but they do have something similar to nutella. Toiletries yang dijual di sana pun hanya satu merk. Kalau mau belanja di supermarket besar dan isinya beragam, ke Asda aja. Aku cuma pernah satu kali kesana karena jauh. But don’t worry karena dengan minimum pembelanjaan £25, kamu bisa menggunakan layanan Asda Delivery. Biaya antarnya beragam, tergantung hari dan jam.

Alternatif lain untuk belanja adalah minimarket kecil yang tersebar di banyak tempat di kota. Sebenarnya beberapa minimarket ini punya toko versi besarnya, tapi jarang dan letaknya seringkali agak jauh. Nama minimarketnya adalah Tesco, Spar, Sainsburry, dan Morrisons. Harga-harga di Sainsburry lebih mahal dibanding lainnya, tapi dia punya cookies dan pastries yang enak banget! Kala Morrisons itu lebih Asian-friendly, soalnya menjual mie (indomie juga loh, meskipun harganya lebih mahal daripada di toko Cina), santan, sayuran Asia seperti pokchoy dan chinese cabbage, dan beberapa bahan makanan lain untuk masakan Asia. Biasanya minimarket-minimarket ini juga punya promo Meal Deal seharga £3 or less, yang terdiri atas 1 main meal (sandwich dingin atau pasta dingin, atau sushi dingin, dll), plus minuman dan chips atau buah.

Chinese supermarket itu surga banget untuk orang-orang Asia. Lengkap hampir semua ada. Buat orang Indonesia, ngga perlu repot mencari tempe, indomie, sambal ABC, kecap ABC, dan berbagai bumbu masakan karena bisa ditemukan di toko Cina. Masalah harga, tentunya ya sedikit lebih mahal. Namanya juga diimpor.. Tapi ngga sampai mahal banget kok. Dan khusus di WH Lung ada student discount-nya. Kalau belanja di Chinese supermarket tuh bisa kalap deh pokoknya segala pengen dibeli. Di Manchester sendiri ada lumayan banyak Chinese supermarket yang mostly letaknya di Chinatown (Woo Sang, Hang Won Hong, sama ada satu lagi aku lupa namanya) dan ada juga yang dekat kampus yaitu WH Lung.

Terakhir, alternatif lain bisa belanja di supermarket halal yaitu Worldwide dan Superstore. Di sana bisa beli daging halal (ayam, kambing, dan sapi) dan berbagai bahan makanan meskipun mostly lebih cenderung ke bahan makanan India dan timur tengah.

Grocery shopping adalah salah satu aktivitas favoritku. Soalnya seru aja milih-milih bahan makanan sambil bikin planning mau diolah jadi masakan apa. I’d always prefer value supermarket seperti Lidl untuk belanja mingguan sedangkan aku ke Chinese supermarket dan supermarket halal paling sebulan satu sampai dua kali untuk belanja yang perlu-perlu.

Happy shopping!

 

♥, Atiqah Zulfa Nadia

Stanage Edge, Derbyshire

Berawal dari nonton film Pride and Prejudice dan How to be Single, aku bercita-cita trekking ke Stanage Edge. Bukit bebatuan ini letaknya di kawasan Derbyshire, where the story of Pride and Prejudice took place.

My friends and I went there by train, we stopped at Hathersage station and followed the lead of Google Maps to reach the place. Kalau googling, katanya jalur ini level-nya moderate. Aku yang cupu ini bersiap dengan tidur yang cukup, sarapan, dan stok air putih yang cukup. Jalurnya melalui rumah-rumah dan pedesaan (yang katanya mirip Kebumen?). Sedikit melewati hutan, kebun, dan peternakan sapi.

Di tengah jalan kami sempat berhenti untuk istirahat dan makan. Kami ngga sanggup melihat jalur di depan mata yang isinya tanjakan semua. But then, setelah sekitar setengah jam duduk-duduk kami kembali melanjutkan perjalanan yang tinggal setengah lagi.

Ngga berapa jauh dari tempat istirahat kami tiba di kebun (yang kayak tempat syuting film Heart, tapi bukan pohon teh) dimana di puncaknya ada bebatuan. Dari kebun itu juga bisa kelihatan pemandangan yang bagus banget. A scenery that only your eyes can capture, soalnya kalau difoto hasilnya ngga sebagus aslinya. Meskipun jalurnya menanjak, entah kenapa kami jalan super cepat dan penuh semangat. Pelajaran pertama: kita cenderung lebih semangat melakukan sesuatu kalau kita tau bahwa hasil atau imbalannya setimpal atau melebihi usaha kita.

IMG_3183

There are actually two hills around the area. Jadi kita sempat bingung yang mana sebenernya Stanage Edge and then we decided to visit both cause simply we had time. And we still had our energy. Plus a bag of donuts. Jadilah kami menelusuri jalur menuruni bukit pertama yang sepertinya bukan jalur yang lazim dilewati orang. Tanahnya ngga rata dan jeblos-jeblos, ilalangnya tinggi, rumputnya pun tajem-tajem. Kami pun tersadar bahwa ternyata bukit satunya ngga sedekat itu. Di tengah perjalanan turun, kami hampir menyerah. Tapi, waktu menoleh ke belakang. Oh, crap. We were already far away from the peak. Pelajaran kedua: don’t look back. Or, do. But only to see how far you’ve gone and how close you are to your destination.

IMG_3256

We finally arrived at the top of the other hill, which we believe to be the real Stanage Edge. Di sana banyak orang yang wall climbing dan naik gantole. Anginnya super kencang, I think it’s almost the same as when I was at Snowdon Mountain, Wales. Meskipun dingin, kami menghabiskan kira-kira hampir dua jam di sana. The view is such a beauty. Ngga heran sih kenapa orang-orang suka outdoor activities karena emang sebagus itu pemandangannya. The ultimate stress reliever. Kalau kata Rumi, travel brings back power and love to our life. Couldn’t agree more!

IMG_3446

Then we walked back to the station, melewati jalur yang sama. Ketika sampai di bukit yang pertama, seorang temanku nyeletuk “setelah ke bukit yang satunya, bukit ini jadi biasa aja ya.” Dan temanku yang lain pun memberi Pelajaran ketiga dari perjalanan ke Stanage Edge kemarin, yaitu: begitulah keindahan di dunia, cuma sementara.

I had so much fun, mau sering-sering trekking dan hiking demi kebahagiaan lahir dan batin hehehe 🙂 one thing i learned yesterday about myself: I am actually strong enough to do such activity! Berbeda jauh dari waktu aku nanjak di Arthur Seat, Edinburgh dimana aku super cranky, rasanya mau nangis aja. People change and I’ve become a little bit stronger now 🙂

 

♥ Atiqah Zulfa Nadia