Study Abroad 101: Ujian Semester

It’s December already! Setahun yang lalu, di waktu-waktu seperti saat ini, aku lagi sibuk menyiapkan rencana liburan winter sambil mencicil bahan-bahan untuk ujian. Liburan winter itu berlangsung sekitar satu bulan. Setelah itu langsung disambut dengan ujian akhir semester. Beberapa universitas lain di UK sih ujiannya dilakukan sebelum libur. Tapi di Manchester malah sebaliknya.

Waktu mau ujian itu, aku bener-bener belajar giat. Sebelumnya aku ngga pernah belajar ‘segila’ itu. Dulu dengan latihan soal-soal aja kayaknya cukup, tapi berhubung di S2 kemarin aku ambil jurusan bisnis, jadi aku harus banyak baca dan pinter mengarang bebas. Ada tiga mata kuliah yang salah satu komponen nilainya adalah exam. Nah, tiap mata kuliah itu beda-beda jenis soalnya, approach dosennya, dan pastinya cara belajar dan mengerjakan soalnya. Here’s how they are and some tips to nail them.

#1
Ujian pertamaku waktu itu adalah Innovation Management. Sebelum liburan, dosennya udah memberi contoh soal-soal yang dikeluarkan di exam tahun-tahun sebelumnya. Tipe soalnya adalah case study. Jadi ada satu paragraf kasus dan 2-3 pertanyaan. Yang seru dari mengerjakan case study adalah tiap orang pasti punya sudut pandang dan persepsinya masing-masing. So basically there’s no completely wrong answer if we provide a good argument. Di H-1 ujian, dosenku memberikan case study untuk dikerjakan keesokan harinya (semua case study di kirim lewat email, tapi kita ngga ada yang tau apa pertanyaannya).
Ini memudahkan banget sih, soalnya saat ujian kita hanya punya waktu 3 jam. Kalau case study-nya baru dibaca saat itu juga, kayaknya ngga bakal selesai deh. Dari sekian banyak case study, nantinya aku cuma harus mengerjakan 4 buah. Nah di H-1 itu aku sorenya kumpul bareng temen-temen sekelas untuk diskusi. Kupas tuntas case study-nya dan bikin perkiraan kira-kira pertanyaan apa yang bakal keluar dan gimana jawabannya. Sekalian juga buat recall teori-teori dan penjelasan dosen rame-rame.
Fyi, aku termasuk orang yang harus ada waktu untuk belajar sendiri. Aku lebih ngerti pelajaran kalau baca dan belajar sendiri di kamar atau di perpus. Jadi sebelum diskusi sama teman-teman, aku udah belajar dulu sebelumnya. Diskusi sama teman buatku jadi momen untuk saling sharing dan menambah ilmu (just in case ada yang aku kelewat).

#2.
Ujian kedua, which was actually the worst, adalah High Technology Entrepreneurship. Dosennya sama sekali ngga ngasih kisi-kisi. At all. Berhubung ia juga dosen baru, past papers (soal ujian di tahun-tahun sebelumnya) jadi ngga relevan. Pelajaran ini juga practical banget, semacam step by step bikin startup gitu. Jadi belajarnya menurutku lumayan tricky. Pokoknya aku pelajarin aja semua slide dosennya, buku-buku rekomendasi dosen (ini ternyata penting, lho!), dan buku kuliahnya juga.
Waktu ujian, kaget banget karena soalnya susah. Aku dikasih satu case, tentang suatu produk yang abstrak banget (ngga ada gambarnya, jadi semua pure mengandalkan imajinasi dan keterampilan memahami deskripsi produk dari kata-kata). By the way, ini produk inovatif yang beneran ada, lho. Jadi setelah ujian, aku dan teman-teman sekelas langsung browsing tentang produk mutakhir tersebut. Dan ternyata banyak dari kami yang salah memahami produknya. Di soal ujian ada salah satu pertanyaannya yang teori hafalan banget. Aku kebetulan cuma baca sekilas aja tentang teori itu dan ngga hafal sama sekali. Akhirnya jawab sesuai logika aja deh. Satu hal yang bikin aku terbantu di ujian yang ini adalah karena aku baca buku (selain textbook utama) dan nonton video belajar tentang startup di Udacity. Jadi waktu aku menjawab pertanyaan-pertanyaan di ujian, aku elaborate menggunakan insights yang aku dapet dari baca dan nonton itu. Otomatis, ada hal yang ‘baru’ di jawabanku dan kayaknya itu deh yang bikin nilaiku lumayan bagus.

#3
Bisa dibilang ini adalah ujian yang termulus. Soalnya, sejak awal dosennya udah ngasih kisi-kisi soal. Bahkan dari tiap kisi-kisi itu dijelasin juga pertanyaannya akan seperti apa. Dosennya pun udah jelasin struktur jawaban yang baik itu kayak gimana. Meskipun udah ada kisi-kisi detail, mau ngga mau sebetulnya semua materi harus tetep dipelajari. Jawaban yang diminta dosenku itu strukturnya ada introduction, discussion, example, dan conclusion. Di bagian discussion, aku harus bisa mengaitkan teori yang ditanyakan dengan teori-teori lain yang sudah dipelajari di kelas. Semua teori kan sebetulnya saling terkait. Nah tapi dengan adanya kisi-kisi, aku terbantu banget untuk nentuin di bagian mana harus lebih fokus belajarnya. Aku juga bisa membuat stock answer alias latihan menjawab soal. Jadi ketika H-2 ujian, aku cuma banyakin baca stock answers-ku. Saat ujian juga udah ngga repot mikir, tinggal tulis lagi aja stock answer yang udah dibuat.

Nah itu tadi tiga tipe ujiannya. Sekarang tips and trick-nya.. supaya belajar ngga terlalu berdarah-darah tapi hasilnya tetep memuaskan (pass lah paling ngga).

Yang pertama, fokus sama kisi-kisi yang dikasih dosen. Itu semua tujuannya kan buat memudahkan, jadi jangan bikin repot diri sendiri. Tapi tetep pastiin bahwa kalian ngerti juga materi-materi lain yang ngga termasuk di kisi-kisi.

Kedua, jangan ragu untuk diskusi sama teman-teman. Aku inget banget dulu pulang dini hari dingin-dingin dari rumah salah satu teman sejurusanku karena diskusi. Aku juga ikutan diskusi di dua kelompok berbeda, biar insights-nya makin banyak.

Ketiga, cicil belajar dari jauh-jauh hari. Soalnya materinya banyak banget, paper yang harus dibaca pun puluhan. Kalau ngga dicicil ya dijamin keteteran banget. Setiap selesai baca paper juga sebaiknya tulis poin-poin penting. Aku bukan tipe yang bisa nge-stabiloin paper (I always end up highlighting all the sentences). Jadi aku lebih suka nyatet dan bikin mind map-nya.

Keempat, if necessary, dengerin ulang lecture dari dosen. Aku beruntung banget teman sekelasku ada yang rajin ngerecord lecture. Ini buatku bermanfaat banget sih buat ngulang slide-nya dosen. Most of my lecturer tuh slide-nya minimalis banget, isinya cuma poin penting dan gambar. Jadi rekaman penjelasan dosen itu sangat membantu.

Kelima, remember the structure. Saat menjawab pertanyaan di ujian, jangan lupa masukkan seluruh poin yang diminta dosen: introduction, discussion, example, conclusion. Exam-ku tuh sebenernya mirip bikin mini essay jadinya. Waktu kuliah di teknik, aku terbiasa jawab to the point, ngga banyak ba-bi-bu. Nah pas S2 aku harus elaborate banyak hal. Aku sampai latihan nulis loh sebelum ujian, to ensure that I write fast enough hehehe.

Keenam, ask a lot of questions. Biasanya di hari terakhir perkuliahan dosen tuh melowongkan waktunya untuk revise semua pelajaran yang udah disampaikan. Nah di kesempatan ini, baiknya sih tanya sebanyak-banyaknya hal.  Kalau waktu belajar tiba-tiba ada yang bingung, jangan ragu juga untuk nanya ke teman yang lebih pintar atau langsung email dosennya.

Ketujuh, don’t get stressed out! I know you’re going to feel so overwhelmed, tapi semua teman sekelasmu pun melalui hal yang sama. Jangan sampai merasa panik karena itu malah bikin distraksi belajar. Keep calm, atur jadwal belajar sebaik mungkin and do give yourself some rewards. Aku dulu bikin target ngga boleh nonton Sherlock Holmes yang Abominable Bride sebelum selesai belajar sampai bab 5. Jadi makin semangat juga deh belajarnya.

All I can say now is.. good luck! God speed! I’ve passed it all and you will, too.

 

♥ Atiqah Zulfa Nadia

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s