Baru-baru ini aku baca sebuah artikel tentang relationship. Lumayan viral artikelnya dan dari respon orang-orang ternyata cukup banyak yang setuju dengan teori yang dipaparkan di artikel tersebut. Inti dari artikelnya adalah we should date someone who treats us like shit so that we will never let ourselves be treated less than amazing in the future.
Hmm setuju ngga?
I personally setuju, sih.. karena ada orang yang memang harus learned it the hard way. Mengalami pait-paitnya hidup sebelum akhirnya bisa memetik pelajaran berharga. Di sisi lain, ya ada juga sebenernya yang mulus-mulus aja hidupnya. Tapi bukan berarti yang mulus-mulus aja hidupnya itu merasa bahwa hidupnya mulus. Well, that’s the tricky part.
Ibaratnya, kalau mau tau cheesecake mana yang enak dan kita suka, kita harus cobain dulu beragam cheesecake yang ada di market. Penilaian kita terhadap sesuatu itu, menurutku, sifatnya komparatif dan bisa berubah-ubah. Aku jadi inget cerita tentang bagaimana dulunya orang-orang Inggris merasa makanan negaranya enak. Sampai akhirnya mereka merasakan makanan Perancis. Jadi penilaian mereka bahwa makanannya enak itu simply karena mereka ngga punya pembandingnya, ngga pernah mencoba makanan lain.
Semakin kita terpaku sama satu hal dan ngga berani mencoba merasakan hal lain, kita akan either merasa situasi kita udah sempurna atau sebaliknya, paling buruk. Atau ya kita indifference aja dengan situasi saat ini.
Makanya susah dan senang itu sejatinya dipergilirkan sama Tuhan.. supaya tau mana yang baik dan mana yang buruk, supaya ngga jumawa dan ngga juga merasa sedih sama nasib diri sendiri.
Makanya penting juga untuk berani mengambil resiko, mencoba hal baru, melakukan sesuatu untuk pertama kalinya dalam hidup, mengambil keputusan, dan lain-lain. Supaya point of view-nya lebih luas dan penilaiannya ngga bias.
Pelajaran lainnya lagi, segala hal buruk yang terjadi di hidup kita tuh akan membantu kita untuk membuat keputusan yang lebih baik di masa depan 🙂
♥ Atiqah Zulfa Nadia
makasih kak.. eye opener banget ni
LikeLike