Siapa bilang masa-masa galau cuma dialami ketika udah lulus tapi belum dapat kerja alias nganggur? Udah bekerja, bahkan udah beberapa tahun kerja pun, tetep bisa ngerasain galau.
Ada banyak faktor dalam sebuah pekerjaan yang menjadi penentu betah atau engga-nya kita. Betah di sini artinya, ya settle down. Faktor ini pun bisa berganti-ganti, tergantung keadaan kita saat itu. Faktor bagi fresh graduate pastinya beda dengan faktor untuk karyawan yang sudah belasan tahun bekerja.
Saat pertama kali bekerja, biasanya orang akan cukup ambisius. Haus akan tantangan dan semangat 45 untuk bisa mencapai posisi tertentu. Kalau merasa tidak cukup di-develop dan diutilisasi oleh perusahaan, rasanya malas dan jadi demotivasi. Buat fresh graduate, biasanya pertanyaan yang muncul “masa gue udah S1 susah-susah tapi kerjanya begini aja?”
Faktor yang menurutku berlaku secara umum adalah lingkungan. Berhubung manusia ini mahluk sosial dan kita menghabiskan waktu setidaknya 8 jam sehari di kantor, pasti ada kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Dengan lingkungan kerja yang pas, bekerja jadi lebih nyaman dan menyenangkan. Aku bilang pas, karena tiap orang punya preferensi dan standar masing-masing. Lingkungan ini mencakup rekan kerja, atasan, dan budaya atau kebiasaan di sana.
Selain lingkungan ada juga faktor dari pekerjaan itu sendiri. Sesuai passion atau hal yang kita sukai atau engga. Ditambah dengan apakah kapasitas kita mencukupi untuk bisa mengerjakan hal tersebut. Hal-hal seperti ini baiknya diputuskan setelah cukup lama menjalani pekerjaannya, sih.. karena ada masa adaptasi dan belajar yang perlu kita maklumi.
Terakhir ya tentunya kesejahteraan. Apakah kita dibayar sesuai dengan responsibility yang kita miliki, bagaimana coverage asuransinya, ada tunjangan-tunjangan atau tidak, dan lain-lain.
Jadi kenapa orang bisa galau pekerjaan? Menurutku karena ada setidaknya satu dari 4 faktor di atas yang tidak terepenuhi.
Menyambung masalah kegalauan, beberapa hari yang lalu aku mendapatkan advice yang bagus banget dari Managing Director tempat aku bekerja. Waktu itu lagi ada acara lunch with beliau. Too bad, advice-nya justru membuat aku makin wondering, apakah sekarang emang saat yang tepat untuk mencari tempat lain untuk bekerja?
Salah satu advice-nya adalah keep your options open. Ada banyak pekerjaan di dunia ini dan jangan buru-buru menyimpulkan kalau kita sukanya A, bagusnya di A, ngga suka B, dan ngga akan bisa mengerjakan C. Aku udah kerja selama 2 tahun di perusahaan yang sekarang, walaupun berbagai macam tugasnya tapi bisa dibilang berputar di bidang yang sama. Mulai bosen? Lumayan.. mau coba ngerjain yang lain? Mau.. tapi aku belum tau spesifik mau nyobain apa.
Advice kedua paling bikin aku galau. Katanya, work with great leaders. Di beberapa post sebelumnya yang juga membahas karir, aku sedikit cerita tentang bosku dulu. Bos yang menurutku adalah great leader, sebuah inspirasi dan role model. Semenjak beliau resign, aku mengalami masa-masa bagai anak itik kehilangan induk. Kebetulan emang posisinya ngga digantikan oleh siapa-siapa dan rolenya jadi dilebur ke tim lain. Aku lumayan lost sih, even up to now, kayak ngga ada direction dan ngga ada orang yang akan backup semisal nanti ada apa-apa. Meskipun di sisi lain aku bersyukur juga masih dibantu dan dibimbing oleh manager-manager lain (walaupun aku ngga direct report ke mereka). Intinya sih, interaksi dan relationship aku dengan direct reportku saat ini (yang udah ganti 2 kali) masih besar gap-nya. Dan ini buat aku faktor yang determining banget.
To conclude, ibu Managing Director ini juga bilang kalau there’s more to life than working. Kalau nantinya udah ngga kerja lagi, we have to ensure that we still have things to be done and dreams to pursue.
(((Semakin bikin galau kan)))
So, give it a go or… no, not yet?
♥️ Atiqah Zulfa Nadia