Membentuk Manusia

Satu hal yang bikin aku akhirnya yakin memilih bapaknya anak-anak adalah karena kita berdua bisa casually ngobrol tentang mendidik anak bahkan sebelum menikah. Buatku, salah satu tujuan menikah ya untuk membangun peradaban baru. Jadi ini poin penting banget untuk make sure visi dan ‘cara bermain’ kita sama.

Minggu kemarin, over coffee, lagi-lagi kita ngobrol soal anak. Ada cerita seorang temannya Jihan yang jadi trigger diskusi. Dan kita pun come up dengan 3 pertanyaan.

Gimana anak dari lingkungan yang baik bisa melakukan hal-hal buruk? Dan gimana anak dari lingkungan yang buruk bisa kemudian punya value yang baik? Lalu gimana caranya agar value kebaikan (dalam hal ini termasuk nilai-nilai) agama dipegang oleh anak bukan karena dipaksa melainkan karena kesadarannya sendiri?

Ya memang urusan hidayah itu sepenuhnya di tangan Allah ya.. tapi namanya orang tua pasti mau mengusahakan yang terbaik. Salah satu tugas kita, kan, membentuk anak-anak agar kelak mereka ngga sama kita lagi, tetap bisa survive dan selamat dunia akhirat.

Pada akhirnya diskusi mengarah ke tiga hal yang menurutku dan Jihan penting..

Yang pertama, untuk membentuk manusia yang baik, soleh/solehah adalah dengan menjadi orang tua yang soleh. Belajar dan terus memperbaiki diri, supaya bener-bener bisa jadi contoh.

Kedua adalah dengan memilihkan lingkungan yang baik. Kemarin kita sempet diskusi juga, sampai kapan sih harus mengarahkan anak tentang pergaulannya? Kita sepakat bahwa sampai mereka besar pun, kita harus kenal siapa sahabat anak-anak. Tapi untuk memilih siapa temannya, kita percaya semakin besar mereka semakin bisa memilih dengan baik. Kuncinya ketika masih kecil, kita arahkan.. kita bimbing supaya lekat dengan teman-teman yang baik. Dan keterusan deh, jadi nyaman dan prefer untuk selalu ada di lingkungan orang baik. Ngga nyaman di lingkungan yang ngga sesuai value agama.

Kesimpulan ketiga adalah menjaga solat itu penting. Sesuai pengalaman kita, solat menjadi salah satu penyebab anak bisa senantiasa ada di lingkungan yang baik. Aku flashback ke masa-masa ospek seharian yang melalui beberapa waktu solat. Karena aku mau solat, otomatis aku mencari teman yang juga sama-sama mencari mushola. Di mushola pun jadi bertemu teman baru. Begitu pun waktu di Manchester, mencari teman yang sama-sama solat akhirnya membawa aku ke lingkungan pengajian di sana. Sesuai haditsnya, solat mencegah perbuatan keji kan.. jadi insya Allah dengan menjaga solat, bisa menjaga perbuatan juga.

Kira-kira itu hasil diskusinya, berat tapi lumayan, sambil ngopi di pagi hari. Semoga Allah mudahkan dalam menjalaninya.. aamiin

🩷 AZN

Advertisement

The Why and The How

Selalu ada dua sisi dalam suatu persoalan.

Those sides might be: the one focus on why it happen and the one that focus on how we can solve it. There is absolutely no right or wrong, which side you’re in. Tapi ada kalanya, satu sisi lebih bijak dari sisi yang lain.

Pada saat masalah berlangsung, fokus pada penyelesaian agaknya lebih bijak. We need immediate action to get everything normal – or back in place. Kalau di isu-isu kerjaan, sering denger mungkin istilah fire fighting. Ya begitu kira-kira. Di situ ada api, di situ kita siram. Done.

Kalau api masih berkobar dan kita sibuk dengan segala asumsi dan pikiran tentang kenapa bisa kebakaran, terlalu lama prosesnya dan bisa-bisa api makin menyebar. Plus nyebelin juga, sih. Coba bayangin, ada rumah kebakar dan warga lagi sibuk nyiramin. Tau-tau ada yang nanya-nanya “kenapa nih kok kebakaran? Ada yang lupa matiin kompor ya? Rumah siapa nih yang korslet?” Apa ngga ikutan diguyur tuh dia sama warga?

Setelah masalahnya berhasil diselesaikan, bisa fokus di pertanyaan kenapa sesuatu bisa terjadi. Gunanya agar bisa tau penyebab utama persoalan dan bisa melakukan mitigasi bahkan pencegahan supaya ngga terulang lagi di kemudian hari. Kalau istilah kerennya RCPS, root cause problem solving.

Jadi why and how ini sama-sama diperlukan sebetulnya. Tapi pada porsinya dan pada momen yang tepat. Kalau kebalik, bisa bikin runyam suasana. Walaupun kita semua kayaknya memang punya kecenderungan, lebih ke how atau lebih ke why. Perlu dilatih aja agar bisa balance penerapannya.

❤ AZN