Selalu ada dua sisi dalam suatu persoalan.
Those sides might be: the one focus on why it happen and the one that focus on how we can solve it. There is absolutely no right or wrong, which side you’re in. Tapi ada kalanya, satu sisi lebih bijak dari sisi yang lain.
Pada saat masalah berlangsung, fokus pada penyelesaian agaknya lebih bijak. We need immediate action to get everything normal – or back in place. Kalau di isu-isu kerjaan, sering denger mungkin istilah fire fighting. Ya begitu kira-kira. Di situ ada api, di situ kita siram. Done.
Kalau api masih berkobar dan kita sibuk dengan segala asumsi dan pikiran tentang kenapa bisa kebakaran, terlalu lama prosesnya dan bisa-bisa api makin menyebar. Plus nyebelin juga, sih. Coba bayangin, ada rumah kebakar dan warga lagi sibuk nyiramin. Tau-tau ada yang nanya-nanya “kenapa nih kok kebakaran? Ada yang lupa matiin kompor ya? Rumah siapa nih yang korslet?” Apa ngga ikutan diguyur tuh dia sama warga?
Setelah masalahnya berhasil diselesaikan, bisa fokus di pertanyaan kenapa sesuatu bisa terjadi. Gunanya agar bisa tau penyebab utama persoalan dan bisa melakukan mitigasi bahkan pencegahan supaya ngga terulang lagi di kemudian hari. Kalau istilah kerennya RCPS, root cause problem solving.
Jadi why and how ini sama-sama diperlukan sebetulnya. Tapi pada porsinya dan pada momen yang tepat. Kalau kebalik, bisa bikin runyam suasana. Walaupun kita semua kayaknya memang punya kecenderungan, lebih ke how atau lebih ke why. Perlu dilatih aja agar bisa balance penerapannya.
❤ AZN