No Longer Sparks Joy

Akhir-akhir ini kalian yang follow instagramku mungkin ngeh kalau aku lagi sering bikin garage sale. Yup, kebetulan di rumah lagi hobi beres-beres dan banyak ditemukan barang dengan kondisi baik tapi udah ngga pernah dipakai lagi. Dibuang sayang, selalu ngerasa ‘nanti siapa tau butuh..’

Sebetulnya aku udah membiasakan diri untuk decluttering dari jaman masih kuliah. Prinsipnya new clothes in, old clothes out. Udah pakai prinsip begini aja, masih numpuk barangnya. Terutama barang-barang dengan value lumayan, rasanya kok sayang kalau dikasih ke orang lain (dulu belum kepikiran tuh garage sale di instagram, carousell juga belum ada). Ditambah lagi, aku terus menerus mensugesti diri kalau suatu hari barang itu akan berguna lagi.

Detachment emang butuh proses panjang ya (at least buat aku pribadi), sampai akhirnya bisa merelakan banyak barang untuk ngga jadi milik kita lagi. Satu hal yang mendorong aku untuk konsisten beberes, walaupun masih sedikit demi sedikit, adalah fakta bahwa kita akan dimintakan pertanggungjawaban atas segala hal di akhirat nanti, termasuk tentang barang-barang di lemari. Aku meyakini itu baru-baru ini aja sih. Ditambah lagi dengan konsep minimalism yang belakangan populer.

Selain itu, aku juga membiasakan diri untuk berpikir bahwa barang-barang yang utilisasinya rendah ini akan jadi lebih bermanfaat kalau dimiliki oleh orang lain. Purchase value suatu barang akan impas kalau digunakan dengan maksimal kan (imagine like buying a machine for a plant, pasti harus dipakai sesering mungkin supaya output banyak dan akhirnya capital-nya ‘terbayar’). Well the analogy might be a bit off, but you get what i mean.

Ada banyak cara buat beberes, aku yakin tipsnya macam-macam di internet. Kalau dari aku, mulai aja pokoknya. Lagi buka lemari terus ngeliat baju yang udah ngga kepake, langsung keluarin aja. Jangan ditunda, nanti malah kebanyakan mikir. Sempet juga dulu ada baju yang agak sayang untuk disumbangin karena masih bagus dan siapa tau nanti kepake, tapi ternyata setelah baju itu ngga ada aku ngga nyariin sama sekali kok.

Nah setelah beberes, bisa 2 pilihan: bajunya disumbangin (dikasih ke orang lain) atau dijual lagi dengan harga murah. Ngasih barang2-barang bekas ngga melulu harus ke yayasan, panti asuhan, atau panti dhuafa. Bisa juga kasih ke saudara atau kerabat yang kira-kira cocok. Jual preloved sekarang udah bisa lewat banyak channel, seperti Carousell, OLX, dari instagram juga bisa, atau bisa langsung jual ke thrift shop.

Intinya buat aku, decluttering adalah salah satu kegiatan menyenangkan. Kalau rumah ngga banyak barang tuh rasanya enak. Plong gitu. It takes time indeed, beberes tuh ngga bisa sejam dua jam selesai. Capek, tapi puas rasanya. I don’t recommend you to do it all at once, kayak yang tadi kubilang, bertahap aja. Satu lemari dulu, lanjut ke lemari lain, dan seterusnya. My inner peace comes through this also, hopefully it works the same for you guys 🙂

♥️, Atiqah Zulfa Nadia

Advertisement

Easy Cooking a la Atiqah

Sesuai dengan janjiku di Instagram, aku akan sharing resep-resep masakan yang aku bisa. Sebetulnya aku ngga percaya diri amat nih mau share resep karena aku sendiri kalau masak ngga ada pakemnya (kecuali baking). Pokoknya masukin bumbu aja sekiranya terus dicobain, ditambah ini itu sampai enak. Jadi resep yang aku share ngga akan detail banget nih, tapi semoga essentials-nya ngga kelewat deh.

Sebelum membahas resep, aku mau berbagi sedikit tentang masak yang gampang. Terutama kalau lagi merantau di luar negeri dan maunya yang praktis aja biar cepet. Bumbu instan udah pasti sangat membantu buat masak yang ngga menghabiskan banyak waktu dan pastinya enak. Nah, waktu tinggal di Manchester dulu, aku jadi tau beberapa tips lain untuk masak yang gampang, cepet, dan enak.

Pertama, sedia bumbu bubuk. Aku dulu punya hampir semua bumbu bubuk yang dijual di supermarket (even garam masala! Karena pernah iseng bikin vegetarian samosa – menyusul ya resepnya). Secara rasa dan bau tentunya bumbu bubuk ini kalah sama bumbu aslinya. Tapi demi kepraktisan, boleh banget digunakan. Dari mulai bawang putih, ketumbar, cengkeh, pala, jahe, cinnamon, kunyit, dan maasih banyak lagi. Ngga perlu iris-iris, kupas-kupas, ulek-ulek lagi. Langsung taburin aja bumbunya.

Kedua, kalau kurang yakin dengan taste dari bumbu bubuk, bisa beli food processor kecil untuk bikin bumbu dasar putih. Resepnya gampang banget.. cuma campur bawang putih, kemiri, bawang merah, merica, dan ketumbar. Masukin semuanya ke dalam food processor, tunggu sampai halus deh. Nah bumbu dasar ini bisa disimpan di kulkas. Bisa tahan satu minggu sih waktu di Manchester dulu. Jadi setiap mau tumis-tumis, tinggal pakai bumbu ini. Ngga perlu tiap mau masak bikin.

Ketiga, cari menu yang lauk dan sayurnya dimasak sekaligus. Biasanya yang repot adalah karena masak harus dilakukan beberapa kali. Bikin sayur dulu, baru goreng lauk, misalnya. Supaya hemat waktu dan tenaga, bikin aja menu yang sayur dan lauknya jadi satu. Contohnya capcay, sapi cah brokoli, sup ayam wortel, dan lain-lain. Kalau bisa sekalian karbohidratnya juga lebih bagus. Pasta pakai jamur dan daging cincang misalnya.

Keempat, ini hampir kelupaan padahal ini penjamin enaknya masakanku selama di Manchester meskipun asal bumbunya: oils and sauces. Minyak wijen itu wajib ada (kalau suka, karena ada beberapa orang yang ngga suka). Sesame oil ini ada yang sudah dicampur chili oil juga, lebih enak menurutku dan enak banget buat bikin mie goreng. Kalau saus yang perlu ada yaitu fish sauce, kecap asin, dan kecap manis. Kalau temen-temenku yang orang Chinese biasanya punya semacam peanut sauce juga dan ini enak lho (ngga inget namanya). Saus lain yang optional tergantung selera adalah oyster sauce dan teriyaki sauce.

Kelima dan terakhir, for the sake of praktis dan mudah, beli daging dalam bentuk fillet atau cube. Pengolahannya jadi lebih gampang dan ngga repot. Selain itu, jangan ragu untuk beli frozen vegetable karena ini praktis banget! Setiap mau dimasak, tinggal di-defrost lalu bisa direbus atau di-sautee.

Kira-kira itu hal-hal yang bisa dilakukan supaya masak lebih praktis dan cepat. Ini berguna banget waktu dulu di Manchester karena banyak banget hal yang perlu dikerjakan setiap harinya dan masak adalah salah satu yang cukup makan waktu. Jadi harus diakalin biar lebih cepet. Dan masih berguna juga buat sekarang karena aku suka masak bekal buat ke kantor. Hectic banget pagi-pagi kalau harus masak ribet. Yaa aku tetep berpikir masak yang hakiki itu yang repot sih (banyak bumbu, mesti di ini dulu di itu dulu dan lain-lain), that’s where the joy comes from. Tapi kalau buat sehari-hari, simplicity is best lhaa 👌🏻

❤️ Atiqah Zulfa Nadia

Road to Healthy Lifestyle part I

Kalau ditanya resolusi di awal tahun 2018 ini apa, aku akan jawab punya hidup yang seimbang. Sebetulnya ya, resolusi ini udah sejak 2017. Tapi saking susahnya untuk dicapai, akhirnya di-carry over sampai tahun ini. Balanced life itu aspeknya banyak banget sih (mungkin ini juga yang bikin resolusinya sulit, apa harusnya ini dijadikan prinsip hidup aja ya?). Mulai dari work-life balance, mengejar dunia dan akhirat, makan seimbang, istirahat dan bekerja, dan lain-lain. Intinya hidup yang seimbang itu harapannya akan membuat sehat lahir batin.

Salah satu poin dari hidup seimbang itu buat aku adalah olahraga teratur. Sayangnya aku baru sadar mungkin setahun ke belakang ini kalau yang namanya olahraga rutin itu penting. Aku baca di sebuah artikel kalau orang yang kurang olahraga dan aktivitas fisik punya resiko lebih besar untuk terkena penyakit seperti kanker, jantung, dan diabetes. Bukan mutlak ya ini, kan hasil dari penelitian dalam sebuah populasi (ya in case ada yang mau mendebat ‘ada kok yang ngga olahraga tapi sehat-sehat aja’ atau ‘ada yang udah rajin olahraga tapi sakit’).

Dulu, motivasi aku untuk olahraga itu supaya kurus. Supaya berat badan turun. Kalau saran aku, jangan jadiin kurus sebagai motivasi. Soalnya motivasi kurus itu bisa hilang dengan mudah. Misal, udah kurus, jadi ngga olahraga lagi? Atau kalau ternyata udah olahraga mati-matian lalu ngga kurus, jadi mengundurkan diri? Kalau aku sendiri, motivasinya ya hidup sehat dan seimbang. Olahraga itu part of healthy lifestyle yang aku pengen jalanin sampai tua nanti.

Banyak banget hal menyenangkan yang aku rasain setelah rutin olahraga. Pertama adalah jadi happy. Setiap pagi-pagi sebelum beraktivitas yang lain aku nge-gym dulu, paginya jadi lebih excited dan merasa positif. Sudah sering dibahas kan yaa, bahwa ketika kita exercising, otak kita akan me-release endorphin yaitu hormon yang bikin senang. Terus, kulitku juga jadi lebih cerah setiap habis olahraga. Kalau yang aku baca sih, dengan berolahraga, sirkulasi oksigen dan nutrients lain meningkat, termasuk di sel-sel kulit. Ketiga, badan jadi lebih enteng. Terlepas dari berat badannya, tapi badan kita jadi lebih enak untuk dipakai beraktivitas lain. Ngga males, ngga mageran seperti couch potato. Bahasanya mungkin jadi lebih energetic gitu yaa.

Ngga gampang sih untuk stay motivated. Pasti ada momen-momen dimana aku males olahraga. Iman aja naik turun, apalagi motivasi macam gini.. tapi aku bersyukur karena punya lingkungan yang support healthy lifestyle juga. Aku punya teman kantor yang ngegym bareng, ada teman yang selalu ngingetin untuk jaga makan dan olahraga cukup, ada teman yang hobi banget olahraga sampai bikin terinspirasi dan ngga mau kalah. Dan balik lagi, harus inget-inget long term positive impact yang mudah-mudahan bisa dirasakan. Fyi juga, most of the successful people in the world rajin olahraga lho (siapa tau ini bisa jadi motivasi).

Awalnya pun rutin olahraga tuh berat.. dari cuma seminggu sekali, seminggu dua kali, lalu nambah jadi seminggu tiga kali. Aku prefer olahraga di gym, karena habis itu bisa langsung ngantor dan olahraga yang bisa aku lakukan variatif. Olahraga apa aja bebas, yang penting melakukan aktivitas fisik yang cukup. Jangan terlalu nyaman sama teknologi yang cuma bikin kita duduk-duduk aja. Ngga harus ke gym, sekarang banyak banget aplikasi olahraga yang bisa dilakukan di rumah, misal NTC-nya Nike. Atau nonton aja youtube, misal skwad fitness atau tontonin instagramnya @petitediva. Bahkan banyak olahraga yang ngga butuh alat apapun. Durasinya pun cuma sebentar.

Ini baru olahraga. PR aku masih banyak banget, terutama di makanan. Exposure kita terhadap beragam makanan tuh kadang bikin makan jadi ngga terkontrol. Aku tipe yang percaya apa aja boleh dimakan (asal halal) tapi jumlahnya jangan berlebihan. Tapi aku masih belum banyak progres sih di masalah makan sehat – so i’m gonna talk about this later.

Semoga bermanfaat ya! Dan semangat berolahragaa!

❤️ Atiqah Zulfa Nadia

Free Space

Pernah denger quote ‘we have to let go of some things to make room for others’? Kira-kira prinsip itu yang selama ini aku jalani, setiap kali beli hal-hal yang sekedar kepengen padahal ngga butuh-butuh amat dan sebenernya udah punya, aku akan memberikan barang lamaku ke orang lain. Misal, aku punya banyak kemeja biru, ketika aku beli lagi maka kemeja biruku yang lama salah satunya harus aku sumbangkan. Intinya sih supaya ngga ada terlalu banyak barang di lemari. Dan jujur aja, sampai sekarang aku masih belum bisa ‘ngosongin’ lemariku. Meskipun udah berkali-kali tidying up, tetep penuh.

Walaupun begitu, aku yang masih work in progress ini mau sharing tentang betapa hidup minimalist itu memang menyenangkan. Lega gitu rasanya kalau banyak space kosong. Entah siapa yang pertama kali mencentuskan ide minimalist, tapi sekarang banyak banget yang udah mengikuti gaya hidup tersebut. Aku sendiri bisa dibilang hanya setuju 80% deh dari keseluruhan konsep minimalist. Even 80%-nya aja tapi udah melegakan banget. Gaya hidup minimalist ini sederhananya ya hidup simpel, ngga berlebihan. Hidup dengan pas sebutuhnya aja. Salah satunya adalah makan dengan porsi sedikit (karena tubuh kita ngga butuh sebanyak itu!). Kalau dibilang hidup minimalist adalah berhemat, ngga juga. Karena intinya adalah quality over quantity. Yang aku paling setuju adalah bahwa ada beberapa barang dalam hidup kita, yang kita cukup perlu punya satu aja. Tapi satu itu harus yang kualitasnya baik sehingga everlasting. Contohnya: kacamata hitam, jam tangan, knitted sweater, dan lain-lain. Beli aja knitted sweater seharga jutaan, but be sure itu bisa awet bertahun-tahun. Toh kita (apalagi di Indonesia) ngga akan pakai setiap hari. Buat apa punya banyak-banyak seharga ratusan ribu per piece tapi baru 6 bulan udah rusak?

Kesannya mungkin agak pelit ya karena harus mengerem konsumsi impulsif, tapi ternyata attachment kita terhadap barang-barang kita tuh berpengaruh sama mindfulness. Ini mungkin agak relate ya sama postku sebelumnya tentang berqurban. Kita seringkali susah untuk melepas hal yang kita punya. Padahal bisa jadi itu akan lebih bermanfaat kalau kita kasih ke orang lain. Belum lama ini aku dan temanku bikin garage sale buku. Awalnya aku ragu banget mau menjual buku-bukuku. Niatnya mau dikoleksi aja, terutama buku yang favorit. Ngga rela deh kalau dijual. Tapi kalau dipikir-pikir, aku ngga akan baca lagi bukunya sampai kapan pun (aku bukan tipe yang bisa baca buku yang sama lebih dari satu kali). Lama-lama semua buku itu berdebu aja di rak. Mungkin saat ini ada orang lain yang bisa memanfaatkan buku itu lebih baik daripada aku. Akhirnya aku beranikan diri untuk menjual buku-bukunya. To be honest aku masih selektif sih, buku yang aku favorit banget belum berhasil aku lepas. Dan ternyata, garage sale buku ini lumayan candu lho! Nagih. Kayak pengen jualin lagi supaya lemari di rumah juga lega, ngga penuh dengan buku berdebu.

Aku juga baru selesai beberes kamar dan mengeluarkan barang-barang yang aku udah ngga pakai lagi. Kertas-kertas yang dikira penting padahal cuma sampah juga akhirnya aku buang. Hasilnya, kamarku jadi rapi, lega.. ngga sumpek. Dan lebih bright juga jadinya. Suka banget. Semoga rapinya kamarku ini bertahan lama ya.

Sedikit tips dari aku nih untuk yang mau mencoba mengosongkan space di rumahnya:

1. Beresin lemari baju itu paling susah, ada aja alasan ‘siapa tau nanti bisa kepake lagi’. Nah kalau udah tiga kali cycle beresin lemari dan ada item yang selalu diberikan alasan tersebut, langsung aja keluarin. Jangan dipikir-pikir lagi.

2. Buku-buku yang salah beli, alias ternyata ngga berhasil dibaca sampai habis, baiknya dikasih ke orang lain aja. Atau dijual lagi juga boleh. Kadang ada buku yang kurang cocok di kita tapi bisa jadi bermanfaat buat orang lain. Ngga ada gunanya juga kan disimpan tapi kita ngga dapat apa-apa juga dari bukunya?

3. Sebelum membeli segala hal yang sifatnya impulsif (terutama kalau belanja online nih), coba ditunggu dulu sampai 3-7 hari. Diemin aja di cart, kalau masih kepengen, baru deh check out. Selain untuk meyakinkan diri sendiri kita benar-benar butuh atau engga, itu bisa jadi waktu untuk compare dengan produk lainnya.

4. Hal yang aku ngga kepikiran sebelumnya adalah rapi-rapi kosmetik. Ternyata ada banyak banget make up yang mubazir di rumah, terutama lipstik. Soalnya lipstik yang aku pake sehari-hari sebetulnya yang itu-itu aja. Jadi mungkin in total aku hanya butuh 2-4 lipstik (buat sehari-hari, buat weekend, dan buat kalau ke acara formal). Belum lagi lipstik dengan merk berbeda yang ternyata shade-nya sama dan lipstik yang ternyata ngga cocok di warna kulit kita. Yang masuk ke kategori di atas, bisa disumbangkan ke orang lain. Daripada expired tapi masih utuh.

5. Tips terakhir, do this regularly sih intinya.. karena kalau sering, otomatis ngeluarin barangnya jadi sedikit-sedikit. Ngga terlalu berasa deh jadinya. Lagian, kalau cuma sekali mungkin belum bisa memutuskan masih butuh atau engga. Regularly-nya bisa satu atau dua bulan sekali.

Punya space kosong itu menyenangkan. Kalau kamar, rumah, meja di kantor lengang tuh rasanya lebih adem gitu… yuk beberes!

❤️ Atiqah Zulfa Nadia

Books I Read in 2017 (a Short Review)

Never did I take record of books that I have read in a year. I think it’s the right time now to start doing it because I read some great books and they deserve a short review. I finished 8 books in total (fail to finish another 3 or 4 because they didn’t hook me there or because I couldn’t follow what the book is saying). Here’s the list of the 9 books I read and maybe it can be your list for 2018!

Norwegian Wood by Haruki Murakami

It was my second Haruki Murakami book. I still enjoyed how the author wrote the story and most importantly, how the book contains a lot of inspiring quotes. Typical to other books written by Murakami, the story of Norwegian Wood is dark and deep. As expected, the book also bluntly describe all the occasions in the story. It tells a tale of a man who can’t let go of a woman in his past. Even though in the present there’s a very attractive woman that loves him. The book taught me (and perhaps other readers too) that we should open our heart, never cling to the past, and never take anything we have right now for granted.

Favorite quote from the book: “what a terrible thing it is to wound someone you really care for and to do it so unconsciously.” It reminds me to always be considerate, especially for people i care for.

The Subtle Art of Not Giving a F*ck by Mark Mason

This one I definitely recommend. The title might sound a little bit rude but the content is awesome. In life, we often give a f*ck (read: throw our mind) to things that actually don’t matter. As a result, our happiness reduced. We become easily pissed and feel exhausted all the time because we let little things bother us. The book tell us how not to give a f*ck unnecessarily. We ought to choose the thing we deliberately give a f*ck to. The book underlines that we all are going to die anyway, this life is temporary. So why spend a single time overthinking and bothering about things that have very little value in our life? I feel very positive after reading the book. I stop thinking too much about what other people say and I try to keep looking for little things that makes me happy instead of the other way around. I’m a person who get pissed quite easily but now I can regain my inner peace rather quickly.

Happy Little Soul by Retno Hening

Who does not love Kirana? A very famous toddler on Instagram who will brighten up everybody’s day. In this book, her mother shares the journey of raising Kirana until she becomes a very happy toddler. Although I am not a mother (yet), I learn quite a lot from the book. It emphasizes the importance of quality communication between parents and children. For instance, how parents should really pay full attention the their children when they are having a conversation. There are many other useful parenting tips that we can learn from the book. At first I don’t expect the book to be very enjoyable to read. It turns out that Kirana’s mother has a good writing skill. Plus, the book comes in full color.

After the Quake by Haruki Murakami

Another Haruki Murakami’s book. This time, the book consists of several short stories. All the stories take place in Japan, after (or near the time of) an earthquake. I’m honestly not a big fan of this book. There is this one story about a frog that can walk and speak like human, trying to safe the world.. and I don’t like reading fantasy (that’s why I watched, not read, Harry Potter). Unlike other Murakami books, this one does not leave me any moral message.

L’art de la Simplicité by Dominique Loreau

The initiative of tidying up or decluttering has been popular this year. There are massive books that discuss how to declutter and how it can benefits us. I did not have any intention to apply this way of living, to be honest, because I found it pretty extreme to some extent (also because I pretty much declutter my wardrobe regularly). The book is divided into several sections, from social life, wardrobe, and healthy lifestyle. I have to both agree and disagree to whatever the book is saying. For example, I completely agree that it is better to buy one expensive cardigan with fine quality in neutral color that is versatile and will last a lifetime than a cheap colorful cardigan that easily torn or will only be used once or twice. But I disagree that we have to limit how much we eat, especially dessert. So, I guess I will just take whatever suits me and leave the rest.

Crazy Rich Asian by Kevin Kwan

This one is a very fun book! Highly entertaining. It’s my type of novel, just like Shopaholic and Revenge Wears Prada. Easy to read, perfect for a laid back weekend. They will make the book into a movie as well, fyi. It tells a story about crazy rich Asian people and their jetset life, complete with all the conflicts. The plot is actually pretty common, where a very rich guy dates a girl from middle class family. But the conflicts around the main plot is very interesting. I’m currently reading the second book of the trilogy and I’m all excited.

Revive Your Heart by Nouman Ali Khan

Nouman Ali Khan is very popular nowadays and we can listen to his lecture on Youtube. The content of this book is not much different from the content in some of his videos on Youtube. In fact, reading the book feels like listening to his lecture. The way they build the sentence is as if it is a transcript or subtitle from the video (maybe indeed it is). But I don’t really mind that. The topics inside the book are very relatable to our daily life and I think the book is a good reminder for us all. Every time we feel down, we can reopen the book and choose one topic to read. Some people asked me where to buy the book. I’m not quite sure where to get it in Indonesia, as I got it overseas. I hope they import the book soon.

When Breath Becomes Air by Paul Kalanithi

A very touching book that made me so emotional almost in every page. It is a story about a doctor who is diagnosed with cancer. He has to survive for as long as he could and he also need to rebuild his life and wisely choose how he’s going to spend the rest of the time that he has left in his life. I couldn’t hold my tears when I read the epilogue written by the doctor’s wife. I can’t remember any quote from the book but this has changed the way I see life and death.

Lean In by Sheryl Sandberg

Sheryl Sandberg attempts to encourage all women to be in a significant position in their career. This book is about feminism, a very positive feminism. It’s not about woman reaching out a tremendous career and neglect all other responsibilities. It’s about how woman can have both career and life, to some extent. There’s a balance between the two, not perfect but manageable. What I like the most about this book is that the author does not think that one woman is better than the other (e.g career woman better than housewife or vice versa). The most important thing I learn from the book is to respect each woman’s choice and celebrate it. Woman, regardless of their choice, has to be beneficial for her surroundings and for the society. Either by having a good career, volunteering, or fully committed to raising brilliant children. To be able to balance their life, women need good life partner whose willing to co-work inside the house and equally take responsibility in parenting and household activities. The book is very encouraging and it’s not in the extreme side. It’s a must read (for both woman and man!).

So that’s my list for 2017. I don’t have a list yet for 2018 but surely there will be plenty of good and inspiring books to read 🙂

❤️ Atiqah Zulfa Nadia

Money Tips

Hemat pangkal kaya.

Sejak kecil kita semua diajarkan pribahasa tersebut. Pada kenyataannya, berhemat bukan hal yang mudah. Mengelola uang bukan hal yang mudah. Kita selalu punya keinginan untuk membeli sesuatu, pergi jalan-jalan, mencoba tempat makan baru, dan lain-lain. Bukan rahasia lagi bahwa semakin banyak uang yang kita miliki, semakin beragam pula kebutuhan kita.

Setelah akhirnya berhasil mandiri mengelola uang selama kuliah di Manchester (read it here!), aku belajar cukup banyak tentang uang. Sebagian lagi aku belajar dari orang tuaku. These may not be as good as the tips told by a famous financial planner, but I hope it benefits you anyhow 🙂

Divide your money into several pockets

Not literally, though. Punya uang yang terbatas pastinya harus dikelola sebaik mungkin. Ada porsi untuk jajan sehari-hari, belanja, uang transport, uang hangout sama teman-teman, zakat, dan lain-lain. Once you got your monthly (or maybe weekly) allowance, divide it immediately. Sebisa mungkin, disiplin dengan porsi yang udah ditentukan di awal. Kalau jatah hangout adalah Rp 500,000 per bulan, ya hangout sesuai budget itu. Kalau udah melebih budget, ambil dari jatah expense lainnya (jangan dari jatah nabung atau investasi ya!)

Note your expenses

Aku mulai membiasakan diri mencatat pengeluaran sejak di Manchester. Keuntungannya adalah jadi lebih bisa mengontrol uang yang kita punya. Mengontrol uang di Manchester jauh lebih mudah sih, karena aku jarang jajan hal-hal kecil kayak cilok, gorengan, dan lain-lain. Jadi item yang dicatat pun ngga banyak (even a cup of coffee aku catat lho dulu). It’s a challenge to note every expense I made in here. Yet I think I have to try harder.

Nikmati uang yang dimiliki

Uang ngga dibawa mati, ya kan? Jadi, jangan pelit-pelit. True kita harus hemat, tapi bukan berarti pelit. Pada akhirnya uang yang kita terima dari hasil bekerja, harus bisa kita nikmati. Treat yourself a delicious meal, buy yourself a decent pair of shoes, etc. Ini bisa dilakukan setelah membagi uang ke porsinya masing-masing ya.

Berbagi dan membuat orang lain senang

Zakat tentunya wajib hukumnya. Dari setiap harta yang kita miliki, ada hak orang lain. Selain zakat, coba juga untuk bersedekah. Berbagi dengan orang lain yang membutuhkan. Ngga harus selalu memberi dalam bentuk uang, bisa juga dengan membelikan makanan dan kado. Selain ke orang-orang yang kurang mampu, bisa juga untuk memberikan perhatian ke orang-orang yang kita sayangi. Happiness only real when shared, remember?

Lend your money wisely

Pernah ngga sih ragu minjemin uang ke orang lain karena takut ngga dibalikin? Atau bingung setengah mati gimana caranya nagih hutang ke orang lain? Nah ibuku pernah bilang “kalau minjemin uang ke orang lain, kasih berapa pun yang sekiranya kamu ikhlas kalau-kalau dia ngga balikin uangnya.” Dan aku selalu terapin itu setiap ada yang pinjem uang. Jadi di awal udah ikhlas kalau ngga balik uangnya. Yet, we have to be brave enough to ask our money back sih kadang-kadang.

Carry less cash

Waktu di Manchester, aku pernah kedatangan guest lecture dari MasterCard. Beliau ini mengajarkan bagaimana bermanfaatnya uang elektronik. Di Manchester pun aku biasanya cuma punya uang cash £5 untuk naik bus. Sisanya semua transaksi dilakukan dengan kartu debit. Yang aku rasain banget sih dompet jadi lebih enteng dan belanja jadi lebih terkontrol. Sisa uang tuh biasanya bikin kita spend lebih banyak untuk hal-hal yang ngga terlalu kita butuhkan. Sayangnya di Indonesia belum selalu bisa bayar pakai kartu ya..

The more isn’t always the merrier

Punya uang banyak pasti menyenangkan. Tapi ternyata ngga juga, well, at least that’s what one of the richest people in England said. Katanya at some point, money is an evil. Jadi ternyata the more isn’t always the merrier. Makanya it’s very wise kalau kita ngga mengejar banyaknya uang yang kita dapat. Yang harusnya kita kejar adalah berkah dari berapapun uang yang kita punya.

So, that’s it guys. Tujuh hal tentang uang yang akhirnya aku pelajari setelah 23 tahun hidup di dunia 😀 I hope you find it helpful and beneficial.

 

♥ Atiqah Zulfa Nadia