Manusia Ada-ada Saja

Beberapa hari yang lalu, waktu tugas ke luar kota, selama di hotel aku selalu nonton acara-acara tentang hewan yang ada di channel Natgeo Wild. Terasa banget keajaiban ciptaan Tuhan ketika tau keistimewaan dari setiap spesies yang ada di bumi. Contohnya, hiu yang bisa berenang cepet banget dan bentuk rahangnya didesain pas banget untuk menangkap mangsa. Yang lebih menarik lagi, mereka tuh punya sifat-sifat kayak manusia juga. Bisa cemburu, marah, sedih.. ada yang galak, ada yang sabar, dan lain-lain.

Binatang aja kayak gitu, apalagi manusia yang lebih kompleks. Manusia tuh ada-ada aja kelakuannya. Semakin dewasa, ketika kita makin banyak bergaul dan punya bermacam pengalaman, otomatis pandangan dan pola pikir kita jadi meluas. Dulu aku sempit banget mikirnya dan sering mengkotak-kotakkan orang dengan traits tertentu. Misal, dulu aku beranggapan kalau perempuan merokok itu tergolong nakal. Sekarang? Banyak temanku (perempuan) yang merokok tapi mereka baik, enak diajak ngobrol, berprestasi juga.

Makin ke sini, aku jadi lebih tertarik untuk menilai orang dari banyak sisi. Apa yang dia lakukan, bagaimana dia bersikap, dan yang paling penting, kenapa dia seperti itu. Kepo banget ya? Tapi buat aku ini hal yang menarik sih.. karena setiap orang punya alasan untuk perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan. Kadang juga emang bawaan dari lahir aja, sih. Aku kepo bukan untuk ngejudge, simply pengen tau aja karena human’s emotion and behavior tuh menarik. Dan somehow ini melatih empati, biar ngga asal mengkotak-kotakkan orang lain dan asal ngejudge. Plus, jadi bisa senantiasa berprasangka baik ke orang lain.

Contohnya baru-baru ini temanku cerita tentang si A yang katanya rakus. Kalau ada makan-makan di kantor, dia ambil paling banyak dan kalau ada sisa pun dia bungkus paling banyak. Temanku ini ceritanya sambil sedikit emosi. Karena menurut dia, itu kurang beretika.. harusnya ambil secukupnya aja. Kan masih ada yang lain yang ingin makan dan bungkus juga. Nah cerita ini bikin aku wonder, kenapa si A kayak gitu. Apakah emang doyan, suka makan, atau di rumahnya banyak adik-adiknya dan dia suka berbagi makanan dari kantor ke mereka, atau dia ngekos dan pengen berbagi ke tetangga kosnya, atau simply value yang dianut temanku (tentang etika makan bersama) berbeda dengan value yang si A punya. Setiap individu, keluarga, kelompok masyarakat pasti punya value yang dianut dan bisa jadi berbeda satu sama lain. Buat temanku mengambil makanan secukupnya itu value yang penting, bisa jadi untuk si A itu value yang biasa aja. Dia ngga merasa ada yang salah dengan hal itu.

Sebenarnya ini cukup relate juga dengan apa yang harusnya kita lakukan sebagai manusia. Aku pernah denger ceramah tentang berprasangka baik terhadap orang lain. Intinya, kalau kita punya prasangka buruk ke orang lain, langsung cari 70 alasan yang bisa membuat prasangka buruk itu hilang. Kalau udah 70 dan masih belum ada yang make sense, maka yakin aja dalam hati bahwa orang tersebut punya alasan tersendiri yang kita ngga tahu. Jadi even kita ngga nemu alasannya, kita tetep ngga boleh berprasangka buruk. Kebayang kan repotnya nyari 70 alasan yang ujung-ujungnya kita harus berprasangka baik anyway. Mending ngga usah punya prasangka buruk makanya 🙂

Setiap orang itu unik, tingkah lakunya suka ada-ada aja. Bisa nyebelin, bisa menyenangkan. Ada yang nyebelin terus. Ada yang moody. Ada yang lempeng banget hidupnya kayak ngga pernah diterpa cobaan. Selama bisa, ya dimaklumi aja. Udah sifatnya begitu, dia lagi ada masalah, lagi PMS, lagi kesenengan karena kebanyakan makan gula, punya value berbeda, dan lain-lain alasannya. Kalau ditahap ngga bisa memaklumi lagi, jaga jarak sebisa mungkin. Supaya kita ngga sebel amat sama itu orang dan bikin orang itu balik sebel ke kita. Karena memang ngga semua orang bisa cocok. Tapi ngga cocok bukan berarti musuhan.

Yang ada-ada aja kayak gini, enaknya dibawa asik aja 🙂

♥️ Atiqah Zulfa Nadia