Easy Cooking a la Atiqah

Sesuai dengan janjiku di Instagram, aku akan sharing resep-resep masakan yang aku bisa. Sebetulnya aku ngga percaya diri amat nih mau share resep karena aku sendiri kalau masak ngga ada pakemnya (kecuali baking). Pokoknya masukin bumbu aja sekiranya terus dicobain, ditambah ini itu sampai enak. Jadi resep yang aku share ngga akan detail banget nih, tapi semoga essentials-nya ngga kelewat deh.

Sebelum membahas resep, aku mau berbagi sedikit tentang masak yang gampang. Terutama kalau lagi merantau di luar negeri dan maunya yang praktis aja biar cepet. Bumbu instan udah pasti sangat membantu buat masak yang ngga menghabiskan banyak waktu dan pastinya enak. Nah, waktu tinggal di Manchester dulu, aku jadi tau beberapa tips lain untuk masak yang gampang, cepet, dan enak.

Pertama, sedia bumbu bubuk. Aku dulu punya hampir semua bumbu bubuk yang dijual di supermarket (even garam masala! Karena pernah iseng bikin vegetarian samosa – menyusul ya resepnya). Secara rasa dan bau tentunya bumbu bubuk ini kalah sama bumbu aslinya. Tapi demi kepraktisan, boleh banget digunakan. Dari mulai bawang putih, ketumbar, cengkeh, pala, jahe, cinnamon, kunyit, dan maasih banyak lagi. Ngga perlu iris-iris, kupas-kupas, ulek-ulek lagi. Langsung taburin aja bumbunya.

Kedua, kalau kurang yakin dengan taste dari bumbu bubuk, bisa beli food processor kecil untuk bikin bumbu dasar putih. Resepnya gampang banget.. cuma campur bawang putih, kemiri, bawang merah, merica, dan ketumbar. Masukin semuanya ke dalam food processor, tunggu sampai halus deh. Nah bumbu dasar ini bisa disimpan di kulkas. Bisa tahan satu minggu sih waktu di Manchester dulu. Jadi setiap mau tumis-tumis, tinggal pakai bumbu ini. Ngga perlu tiap mau masak bikin.

Ketiga, cari menu yang lauk dan sayurnya dimasak sekaligus. Biasanya yang repot adalah karena masak harus dilakukan beberapa kali. Bikin sayur dulu, baru goreng lauk, misalnya. Supaya hemat waktu dan tenaga, bikin aja menu yang sayur dan lauknya jadi satu. Contohnya capcay, sapi cah brokoli, sup ayam wortel, dan lain-lain. Kalau bisa sekalian karbohidratnya juga lebih bagus. Pasta pakai jamur dan daging cincang misalnya.

Keempat, ini hampir kelupaan padahal ini penjamin enaknya masakanku selama di Manchester meskipun asal bumbunya: oils and sauces. Minyak wijen itu wajib ada (kalau suka, karena ada beberapa orang yang ngga suka). Sesame oil ini ada yang sudah dicampur chili oil juga, lebih enak menurutku dan enak banget buat bikin mie goreng. Kalau saus yang perlu ada yaitu fish sauce, kecap asin, dan kecap manis. Kalau temen-temenku yang orang Chinese biasanya punya semacam peanut sauce juga dan ini enak lho (ngga inget namanya). Saus lain yang optional tergantung selera adalah oyster sauce dan teriyaki sauce.

Kelima dan terakhir, for the sake of praktis dan mudah, beli daging dalam bentuk fillet atau cube. Pengolahannya jadi lebih gampang dan ngga repot. Selain itu, jangan ragu untuk beli frozen vegetable karena ini praktis banget! Setiap mau dimasak, tinggal di-defrost lalu bisa direbus atau di-sautee.

Kira-kira itu hal-hal yang bisa dilakukan supaya masak lebih praktis dan cepat. Ini berguna banget waktu dulu di Manchester karena banyak banget hal yang perlu dikerjakan setiap harinya dan masak adalah salah satu yang cukup makan waktu. Jadi harus diakalin biar lebih cepet. Dan masih berguna juga buat sekarang karena aku suka masak bekal buat ke kantor. Hectic banget pagi-pagi kalau harus masak ribet. Yaa aku tetep berpikir masak yang hakiki itu yang repot sih (banyak bumbu, mesti di ini dulu di itu dulu dan lain-lain), that’s where the joy comes from. Tapi kalau buat sehari-hari, simplicity is best lhaa 👌🏻

❤️ Atiqah Zulfa Nadia

Road to Healthy Lifestyle part I

Kalau ditanya resolusi di awal tahun 2018 ini apa, aku akan jawab punya hidup yang seimbang. Sebetulnya ya, resolusi ini udah sejak 2017. Tapi saking susahnya untuk dicapai, akhirnya di-carry over sampai tahun ini. Balanced life itu aspeknya banyak banget sih (mungkin ini juga yang bikin resolusinya sulit, apa harusnya ini dijadikan prinsip hidup aja ya?). Mulai dari work-life balance, mengejar dunia dan akhirat, makan seimbang, istirahat dan bekerja, dan lain-lain. Intinya hidup yang seimbang itu harapannya akan membuat sehat lahir batin.

Salah satu poin dari hidup seimbang itu buat aku adalah olahraga teratur. Sayangnya aku baru sadar mungkin setahun ke belakang ini kalau yang namanya olahraga rutin itu penting. Aku baca di sebuah artikel kalau orang yang kurang olahraga dan aktivitas fisik punya resiko lebih besar untuk terkena penyakit seperti kanker, jantung, dan diabetes. Bukan mutlak ya ini, kan hasil dari penelitian dalam sebuah populasi (ya in case ada yang mau mendebat ‘ada kok yang ngga olahraga tapi sehat-sehat aja’ atau ‘ada yang udah rajin olahraga tapi sakit’).

Dulu, motivasi aku untuk olahraga itu supaya kurus. Supaya berat badan turun. Kalau saran aku, jangan jadiin kurus sebagai motivasi. Soalnya motivasi kurus itu bisa hilang dengan mudah. Misal, udah kurus, jadi ngga olahraga lagi? Atau kalau ternyata udah olahraga mati-matian lalu ngga kurus, jadi mengundurkan diri? Kalau aku sendiri, motivasinya ya hidup sehat dan seimbang. Olahraga itu part of healthy lifestyle yang aku pengen jalanin sampai tua nanti.

Banyak banget hal menyenangkan yang aku rasain setelah rutin olahraga. Pertama adalah jadi happy. Setiap pagi-pagi sebelum beraktivitas yang lain aku nge-gym dulu, paginya jadi lebih excited dan merasa positif. Sudah sering dibahas kan yaa, bahwa ketika kita exercising, otak kita akan me-release endorphin yaitu hormon yang bikin senang. Terus, kulitku juga jadi lebih cerah setiap habis olahraga. Kalau yang aku baca sih, dengan berolahraga, sirkulasi oksigen dan nutrients lain meningkat, termasuk di sel-sel kulit. Ketiga, badan jadi lebih enteng. Terlepas dari berat badannya, tapi badan kita jadi lebih enak untuk dipakai beraktivitas lain. Ngga males, ngga mageran seperti couch potato. Bahasanya mungkin jadi lebih energetic gitu yaa.

Ngga gampang sih untuk stay motivated. Pasti ada momen-momen dimana aku males olahraga. Iman aja naik turun, apalagi motivasi macam gini.. tapi aku bersyukur karena punya lingkungan yang support healthy lifestyle juga. Aku punya teman kantor yang ngegym bareng, ada teman yang selalu ngingetin untuk jaga makan dan olahraga cukup, ada teman yang hobi banget olahraga sampai bikin terinspirasi dan ngga mau kalah. Dan balik lagi, harus inget-inget long term positive impact yang mudah-mudahan bisa dirasakan. Fyi juga, most of the successful people in the world rajin olahraga lho (siapa tau ini bisa jadi motivasi).

Awalnya pun rutin olahraga tuh berat.. dari cuma seminggu sekali, seminggu dua kali, lalu nambah jadi seminggu tiga kali. Aku prefer olahraga di gym, karena habis itu bisa langsung ngantor dan olahraga yang bisa aku lakukan variatif. Olahraga apa aja bebas, yang penting melakukan aktivitas fisik yang cukup. Jangan terlalu nyaman sama teknologi yang cuma bikin kita duduk-duduk aja. Ngga harus ke gym, sekarang banyak banget aplikasi olahraga yang bisa dilakukan di rumah, misal NTC-nya Nike. Atau nonton aja youtube, misal skwad fitness atau tontonin instagramnya @petitediva. Bahkan banyak olahraga yang ngga butuh alat apapun. Durasinya pun cuma sebentar.

Ini baru olahraga. PR aku masih banyak banget, terutama di makanan. Exposure kita terhadap beragam makanan tuh kadang bikin makan jadi ngga terkontrol. Aku tipe yang percaya apa aja boleh dimakan (asal halal) tapi jumlahnya jangan berlebihan. Tapi aku masih belum banyak progres sih di masalah makan sehat – so i’m gonna talk about this later.

Semoga bermanfaat ya! Dan semangat berolahragaa!

❤️ Atiqah Zulfa Nadia

Free Space

Pernah denger quote ‘we have to let go of some things to make room for others’? Kira-kira prinsip itu yang selama ini aku jalani, setiap kali beli hal-hal yang sekedar kepengen padahal ngga butuh-butuh amat dan sebenernya udah punya, aku akan memberikan barang lamaku ke orang lain. Misal, aku punya banyak kemeja biru, ketika aku beli lagi maka kemeja biruku yang lama salah satunya harus aku sumbangkan. Intinya sih supaya ngga ada terlalu banyak barang di lemari. Dan jujur aja, sampai sekarang aku masih belum bisa ‘ngosongin’ lemariku. Meskipun udah berkali-kali tidying up, tetep penuh.

Walaupun begitu, aku yang masih work in progress ini mau sharing tentang betapa hidup minimalist itu memang menyenangkan. Lega gitu rasanya kalau banyak space kosong. Entah siapa yang pertama kali mencentuskan ide minimalist, tapi sekarang banyak banget yang udah mengikuti gaya hidup tersebut. Aku sendiri bisa dibilang hanya setuju 80% deh dari keseluruhan konsep minimalist. Even 80%-nya aja tapi udah melegakan banget. Gaya hidup minimalist ini sederhananya ya hidup simpel, ngga berlebihan. Hidup dengan pas sebutuhnya aja. Salah satunya adalah makan dengan porsi sedikit (karena tubuh kita ngga butuh sebanyak itu!). Kalau dibilang hidup minimalist adalah berhemat, ngga juga. Karena intinya adalah quality over quantity. Yang aku paling setuju adalah bahwa ada beberapa barang dalam hidup kita, yang kita cukup perlu punya satu aja. Tapi satu itu harus yang kualitasnya baik sehingga everlasting. Contohnya: kacamata hitam, jam tangan, knitted sweater, dan lain-lain. Beli aja knitted sweater seharga jutaan, but be sure itu bisa awet bertahun-tahun. Toh kita (apalagi di Indonesia) ngga akan pakai setiap hari. Buat apa punya banyak-banyak seharga ratusan ribu per piece tapi baru 6 bulan udah rusak?

Kesannya mungkin agak pelit ya karena harus mengerem konsumsi impulsif, tapi ternyata attachment kita terhadap barang-barang kita tuh berpengaruh sama mindfulness. Ini mungkin agak relate ya sama postku sebelumnya tentang berqurban. Kita seringkali susah untuk melepas hal yang kita punya. Padahal bisa jadi itu akan lebih bermanfaat kalau kita kasih ke orang lain. Belum lama ini aku dan temanku bikin garage sale buku. Awalnya aku ragu banget mau menjual buku-bukuku. Niatnya mau dikoleksi aja, terutama buku yang favorit. Ngga rela deh kalau dijual. Tapi kalau dipikir-pikir, aku ngga akan baca lagi bukunya sampai kapan pun (aku bukan tipe yang bisa baca buku yang sama lebih dari satu kali). Lama-lama semua buku itu berdebu aja di rak. Mungkin saat ini ada orang lain yang bisa memanfaatkan buku itu lebih baik daripada aku. Akhirnya aku beranikan diri untuk menjual buku-bukunya. To be honest aku masih selektif sih, buku yang aku favorit banget belum berhasil aku lepas. Dan ternyata, garage sale buku ini lumayan candu lho! Nagih. Kayak pengen jualin lagi supaya lemari di rumah juga lega, ngga penuh dengan buku berdebu.

Aku juga baru selesai beberes kamar dan mengeluarkan barang-barang yang aku udah ngga pakai lagi. Kertas-kertas yang dikira penting padahal cuma sampah juga akhirnya aku buang. Hasilnya, kamarku jadi rapi, lega.. ngga sumpek. Dan lebih bright juga jadinya. Suka banget. Semoga rapinya kamarku ini bertahan lama ya.

Sedikit tips dari aku nih untuk yang mau mencoba mengosongkan space di rumahnya:

1. Beresin lemari baju itu paling susah, ada aja alasan ‘siapa tau nanti bisa kepake lagi’. Nah kalau udah tiga kali cycle beresin lemari dan ada item yang selalu diberikan alasan tersebut, langsung aja keluarin. Jangan dipikir-pikir lagi.

2. Buku-buku yang salah beli, alias ternyata ngga berhasil dibaca sampai habis, baiknya dikasih ke orang lain aja. Atau dijual lagi juga boleh. Kadang ada buku yang kurang cocok di kita tapi bisa jadi bermanfaat buat orang lain. Ngga ada gunanya juga kan disimpan tapi kita ngga dapat apa-apa juga dari bukunya?

3. Sebelum membeli segala hal yang sifatnya impulsif (terutama kalau belanja online nih), coba ditunggu dulu sampai 3-7 hari. Diemin aja di cart, kalau masih kepengen, baru deh check out. Selain untuk meyakinkan diri sendiri kita benar-benar butuh atau engga, itu bisa jadi waktu untuk compare dengan produk lainnya.

4. Hal yang aku ngga kepikiran sebelumnya adalah rapi-rapi kosmetik. Ternyata ada banyak banget make up yang mubazir di rumah, terutama lipstik. Soalnya lipstik yang aku pake sehari-hari sebetulnya yang itu-itu aja. Jadi mungkin in total aku hanya butuh 2-4 lipstik (buat sehari-hari, buat weekend, dan buat kalau ke acara formal). Belum lagi lipstik dengan merk berbeda yang ternyata shade-nya sama dan lipstik yang ternyata ngga cocok di warna kulit kita. Yang masuk ke kategori di atas, bisa disumbangkan ke orang lain. Daripada expired tapi masih utuh.

5. Tips terakhir, do this regularly sih intinya.. karena kalau sering, otomatis ngeluarin barangnya jadi sedikit-sedikit. Ngga terlalu berasa deh jadinya. Lagian, kalau cuma sekali mungkin belum bisa memutuskan masih butuh atau engga. Regularly-nya bisa satu atau dua bulan sekali.

Punya space kosong itu menyenangkan. Kalau kamar, rumah, meja di kantor lengang tuh rasanya lebih adem gitu… yuk beberes!

❤️ Atiqah Zulfa Nadia