On Budget

Dalam teori manajemen konvensional, stay on budget merupakan hal yang crucial. Sebetulnya dalam hidup pun, menjaga diri untuk spending money within the budget adalah hal yang penting. I learned it the hard way, karena aku harus jauh-jauh merantau ke Manchester dulu untuk bisa paham dengan baik mengenai hal ini.

First of all, aku belajar di Manchester dibiayai oleh kedua orangtuaku, tanpa beasiswa. It might makes you think that i come from a wealthy family compared to those who get a scholarship (walaupun ada banyak juga orang-orang yang berasal dari keluarga sangat mampu yang kuliah di luar negeri dengan beasiswa). Aku cuma bisa bilang Alhamdulillah karena justru kehidupanku di Manchester yang akhirnya membuat lifestyle-ku berubah hampir 180 derajat. Mengingat kurs poundsterling yang begitu tinggi, aku sadar harus berhemat dan hati-hati dalam menggunakan uang. Bisa dibilang, kehidupanku di Manchester jauh lebih sederhana dibanding mereka yang mendapat beasiswa. Not that i’m poor and miserable in Manchester, tapi lebih ke pola pikirku dalam mengelola uang dan bagaimana aku membelanjakan uang.

The truth is, i don’t mind at all. Life is meant to turn around, anyway.

Orangtuaku ngga membatasi berapa uang jajanku dalam satu bulan. Pesan mereka cuma harus berhemat tapi jangan pelit. Aku menentukan sendiri kalau dalam sebulan limit pengeluaranku adalah £250 dan aku harus menabung tiap bulannya sebanyak £50 supaya bisa jalan-jalan saat holiday. Jadi, dalam sebulan uang jajanku adalah £200. Setiap bulan aku mencatat semua pengeluaran, sampai ke hal-hal kecil (kecuali sedekah). Aku membagi jenis pengeluaranku ke dalam 6 items: supermarket, pulsa, transport, eat out, shopping, dan laundry. Setiap item-nya punya limit juga, misalnya untuk eat out adalah £40 dan untuk laundry £10. So far, aku selalu bisa stick around the budget (plus minus 10%), Alhamdulillah..

Ada banyak trick untuk bisa survive dengan uang £200. Misalnya, banyak jalan kaki, belanja di supermarket yang menjual produk-produk dengan harga lebih murah, bawa tas belanja sendiri, dan gunakan student advantage sesering mungkin (di beberapa toko, students bisa dapat diskon sekitar 10% dengan menunjukkan student card). After all, sebenarnya diri kita sendiri yang berperan penting dalam mengontrol pikiran dan hawa nafsu saat belanja.

Banyak hal yang sebelumnya bukan suatu pilihan buatku dan sekarang menjadi pilihan yang harus aku putuskan secara wise. Misalnya, ajakan untuk eat out saat weekend. Kalau di Indonesia, eat out menjadi aktivitas rutin tiap minggu, bahkan kadang lebih dari satu kali dalam seminggu. Tapi sekarang aku selalu cek menu, cek harga, dan cek list pengeluaranku sebelum bilang “yes, let’s go!”.

Belanja mingguan pun selalu jadi tantangan tersendiri. Aku ngga pernah melihat label harga barang-barang di supermarket sebelumnya, semua langsung masuk ke troli. Sekarang aku selalu melihat harga produk-produk, cek ada diskon atau promo yang diberikan (kalau ada), dan sebisa mungkin memilih yang paling menguntungkan. Aku dulu ngga suka berbelanja di supermarket yang offers harga lebih murah karena harus bare with the queue untuk membayar. Di Manchester, aku selalu menjadi salah satu orang yang berdiri di antrian supermarket yang mengular.

Setiap kali pergi belanja (baik belanja mingguan atau belanja skincare dan pakaian), aku selalu menghabiskan waktu yang cukup lama karena i keep asking myself “do i really need this?”. Bukan cuma sekali aku memasukkan barang ke basket lalu mengeluarkannya lagi 😀

Aku juga sekarang cuek dengan brand, it doesn’t have to be Zara or M&S or Nescafe or Nutella anymore. Pokoknya selama fungsinya sama dan kualitasnya tetap bagus, i don’t mind. Dua tempat belanja pakaian favoritku sekarang Primark dan H&M karena sesuai dengan budgetku.

HmtGaH8
http://www.reddit.com

Hidup sederhana seperti sekarang buatku adalah achievement. Segala kebutuhan terpenuhi dan tetap bisa hidup dengan nyaman tapi semua aktvitas belanja dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Awalnya susah banget untuk menahan diri, sampai sekarang pun masih susah! I still need to learn, but at least i’m improving. Setiap akhir bulan rasanya puas banget bisa adhere dengan budget yang aku tentukan sendiri (aku selalu gagal melakukan ini waktu di Indonesia).

As a matter of fact, hidup sederhana itu menyenangkan. I now realize that it’s never about the money. Dengan ataupun tanpa banyak uang never really determine who you are, how your life is, dan lain-lain. In the end, manusia kan harus kaya tapi tetap sederhana. Pengalaman ini mudah-mudahan bisa membantuku dalam berbisnis juga nantinya, stay low cost but deliver great products/services! Berada dalam keterbatasan biasanya juga akan membuat seseorang lebih kreatif. It’s called ‘bricolage’ make do with everything at hand.

Aku bersyukur bisa belajar mengelola budget karena aku ngga akan pernah tau bagaimana kehidupanku nantinya.. As i said before, life is meant to turn around anyway. And it’s true, in the most unfavorable times in life, we learn the most valuable lessons 🙂

 

♥ Atiqah Zulfa Nadia

Parallel Universe

Saat berada jauh dari rumah, aku menerima kabar duka bahwa suami dari adik nenekku meninggal dunia. Aku memanggil beliau dengan sapaan Aghung Hafi (aghung dalam bahasa Madura adalah panggilan untuk orang yang setara dengan nenek atau kakek). Sebelum aku berangkat ke Manchester, keadaan beliau baik-baik aja dan baru drop sekitar sebulan yang lalu. Allah punya rencana yang terbaik dan semoga Aghung Hafi diterima semua amal ibadahnya, diberi tempat terbaik di sisiNya. Aaamiin ya rabbal alamin..

Di lain waktu, aku menerima kabar bahagia dari salah satu sahabatku yang baru menyelenggarakan prosesi lamaran. Setelah melalui masa-masa galau akhirnya berhasil memantapkan diri dan semoga niat sahabatku dan calon suaminya dilancarkan, diridhoi, dan diberkahi oleh Allah sehingga lancar semua persiapan sampai hari pernikahan. Aamiin

If my life is a universe, then i believe that parallel universe is real.

Parallel Universe. noun. any of a hypothetical collection of undetectable universes that are like our known universe but have branched off from our universe due to a quantum-level event. (definition from: http://dictionary.reference.com/browse/parallel-universe)

Bukan keseluruhan teorinya, tapi bahwa ada semesta lain yang berkaitan dengan alam semesta tempat kita berada sekarang. Kalau kehidupan adalah alam semesta versi kecil, aku sekarang menjalani kehidupan di Manchester, puluhan ribu kilometer jauhnya dari alam semesta lainnya yaitu kehidupanku di Indonesia; keluargaku dan teman-temanku.

Dua dunia itu berjalan beriringan, kadang aku berandai-andai apa yang sedang aku lakukan detik ini, di Indonesia. Banyak hal terjadi di sana dan meski bukan secara fisik, aku merasa jadi bagian dari momen-momen tersebut. When we’re away, we missed a lot of things. Bagi semua orang yang merantau, hal itu sudah dipertimbangkan dan siap dihadapi sebelum keputusan untuk pergi diambil. I couldn’t come to Aghung Hafi’s funeral and to my best friend’s engagement day. Aku juga sering kelewatan perbincangan menarik karena perbedaan waktu antara Manchester dan Jakarta.

Meskipun sekarang teknologi memudahkan seseorang untuk tetap ‘hadir’ di tiap parallel universe yang ia miliki, still it’s a totally different feeling. Bersamaan dengan aku harus menjalani kehidupanku saat ini, aku juga harus keep contact dengan duniaku yang lain.

Merantau is a tricky business, indeed. Tapi aku bahagia banget karena bisa merasakan pengalaman ini. Aku jadi semakin menghargai hal-hal yang aku miliki back in my home country. Di google ada banyak artikel yang membahas tentang ‘how traveling makes you a better person’ and although know i’m going to miss a lot of things but i believe when the time comes, i will come home as a better person, insya Allah.

 

♥ Atiqah Zulfa Nadia

Ujung Kulon

Sebelum berangkat merantau ke Manchester, aku menyempatkan diri untuk berlibur ke salah satu tempat wisata di Indonesia, yaitu Ujung Kulon. Aku pergi kesana bersama tiga orang temanku: Andyna, Cema, dan Irin. Supaya praktis, kami ikut rombongan open trip untuk berlibur di sana. Untuk yang belum familiar dengan open trip, sebetulnya open trip itu sama dengan tour rombongan. Jadi akan ada satu group berisi sekitar 16 orang yang akan berlibur bersama, mengikuti itinerary yang sudah dirancang oleh operator open trip. Menurutku, ikut open trip ada plus dan minusnya, tapi overall, untuk orang-orang yang ngga mau ribet, open trip bisa jadi pilihan.

Ujung Kulon adalah kawasan taman nasional, tempat badak bercula satu dilindungi. Di sekitarnya terdapat beberapa pulau kecil, sebagian besar ngga berpenghuni. Untuk sampai di Ujung Kulon, aku menyebrang laut dengan perahu dari sebuah desa bernama Sumur. Pagi-pagi buta aku dan rombongan tiba di Desa Sumur dan merenggangkan kaki sejenak sesudah perjalanan darat selama kurang lebih 6 jam. Saat kapal datang, kami pun langsung melompat naik dan perjalanan laut pun dimulai… Ahoy!

Ternyata butuh waktu tiga jam dari Desa Sumur untuk sampai di pulau yang akan kami datangi pertama, yaitu Pulau Peucang. Perjalanan yang panjang betul-betul dibayar lunas oleh pasir putih, air biru, dan keindahan alam bawah laut di sana. Hewan-hewan seperti rusa dan babi hutan berkeliaran bebas di pulau yang hanya dihuni beberapa orang itu. Aku excited banget karena udah sekian lama absen melihat pantai dan laut. Fasilitas di Pulau Peucang cukup baik, ada mushola dan juga kamar mandi yang disediakan untuk pengunjung.

DSCN0394

Seharian hingga mendekati petang kami habiskan untuk snorkeling di lautan dan menikmati keindahan alam bawah laut bersama ikan-ikan lucu. Betul-betul jatuh cinta dengan keindahan alamnya.

Aku dan rombongan trip bermalam di sebuah pulau bernama Handeuleum. Seharusnya kami semua tidur di tenda tapi aku dan teman-teman akhirnya memutuskan untuk membayar lebih supaya bisa tidur di dalam rumah milik penjaga pulau. Langit malam itu penuh dengan bintang, ngga ada polusi dan lampu dari gedung tinggi yang menghalangi cahayanya.

Kegiatan kami di hari kedua adalah berkano di Danau Cigenter selama satu jam. Selama berkano, rasanya syahdu dan tenang. Kanan dan kiri kami adalah hutan dengan banyak pepohonan. Menurutku, pemandangan selama berkano kurang menarik. Andaikan di kano ada yang bernyanyi sambil main gitar, seperti kalau naik gondola di Venesia, mungkin perjalanannya jadi lebih menyenangkan.

IMG_5373

Spot snorkeling lain selain Pulau Peucang adalah Pulau Badul. Tanpa perlu terjun ke dalam air, aku bisa melihat karang-karang di dalam laut karena airnya jernih banget. Laut di sekitar Ujung Kulon memang belum (dan semoga ngga akan) tercemar oleh sampah dan limbah. Aku melihat masih banyak orang yang belum aware tentang masalah lingkungan hidup. Ketika tourism di Indonesia semakin membaik, berbagai lokasi wisata sekarang bisa didatangi dengan mudah, menurutku edukasi tentang lingkungan penting untuk semakin disosialisasikan. Sayang aja, ketika akhirnya keindahan itu bisa dinikmati, malah jadi rusak karena ulah manusia. Semoga kita semua adalah traveler yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, ya!

Last but not least, aku mau berbagi tips packing untuk open trip 2 hari 2 malam yang terinspirasi dari salah satu sahabatku, Irin.

What and how much to bring :

  • Kaos 2 buah : untuk tidur (yang juga digunakan untuk keesokan harinya) dan untuk cadangan kalau basah atau kotor
  • Celana 2 buah (sama seperti poin sebelumnya)
  • Kerudung 2 buah, cari warna netral yang match untuk segala warna
  • Bergo (kerudung langsung pakai) 1 buah
  • Underwear
  • Handuk
  • Alat mandi
  • Alat solat
  • Kacamata dan perlengkapan pantai (topi, sunblock)
  • Outer, supaya keliatan stylish di foto
  • Kain bali, ini multi fungsi, bisa untuk selimut dan untuk cover bagian kaki saat pakai celana renang
  • Cloth hanger (ini penting untuk menggantung handuk atau menjemur baju yang basah)

Pastikan semua muat di dalam satu tas ransel ya! Selamat berlibuuur

 

♥ Atiqah Zulfa Nadia

Atiqah Takes Manchester

On February 2015, i got a great news : i, Atiqah Zulfa Nadia, am accepted as a postgraduate student in the University of Manchester! One of the top 50 universities in the world (based on QS Ranking for 2014/15). I’m truly blessed. Taking a master degree has always been one of my life goals since i was in my bachelor study. Success, to me, is not a thing that comes instantly and here’s a bit of my story..

I’m now at the age where i want to achieve many things, where i want to show my ability to do this and that, where i have the will, the time, and the energy to turn all my dreams into reality.

However, i got to choose one, make it as a priority, and focus on it. One at a time. For me, the hardest thing to decide was whether to seek for a new job or to pursue a master degree. It’s quite hard to stay where i was back then when most of my friends were moving around and finally got a job that suit them best. But then, i chose my priority : to take my master degree in 2015. And it’s not negotiable. A goal -or a dream- should never be negotiable nor adjustable.

I took an IELTS preparation class for 2 months. I simply lost one holiday during the weekend because the class was held on Saturday from 9 am to 4 pm. In the middle of the way, i applied for a vacancy in one of  the government offices. I was invited to join the selection but it was on the same day as my IELTS prep class. I had to choose one and i finally chose to let go of the chance to work in a government office because i have to adhere with the priority i have made. And i think i chose wisely because then i got a good IELTS score and now i’m living my dream, studying in the University of Manchester.

IMG_5856

Lesson learned from my experience is that we have to define our goal, as Cheshire Cat in Alice in Wonderland said, if you do not know where you want to go then it doesn’t matter which path you take, so that we can choose what to do now, tomorrow, the day after tomorrow, until we are where we want to be. Since we rarely can have everything we want at the same time, we have to decide our priority. Choosing one option means letting go of the other. We win some, we lose some. C’est la vie. Choose one, focus, and do all it takes to get it. Reaching our dream may not be easy. There’s always a challenge and the road will be a little bit bumpy. The key is to be persistence and i don’t know any other way to be persistence besides having a lot of faith to God and to ourselves. A prayer will help us through it all and will get us where we aim to be. Do not ever give up 🙂

Here, i would like to thank Allah for abundance blessings that He gave me. You’re truly the Most Merciful. Thanks for trusting me with this huge opportunity. Thanks to my Mom, Dad, all of my families and best friends for the kindest support. I’m gonna make you guys proud.

 

 

♥ Atiqah Zulfa Nadia

 

 

The Big Boss Turns 60

Ketika aku sedang menjalani program internship di Thailand, kebetulan ada satu hari yang bertepatan dengan hari ulang tahun bos besar di sana. Stefaan de Vos namanya. Di Thailand, panggilan untuk orang yang lebih tua dan dihormati adalah ‘Khun’. Panggilan itu berlaku untuk perempuan dan laki-laki. Jadi orang-orang di kantor memanggil beliau dengan sapaan Khun Stefaan.

Setelah segenap karyawan menyanyikan lagu happy birthday, Khun Stefaan memulai speech-nya. Ada satu kalimat yang aku ingat dari speech beliau hari itu.

“I mind being 40. I mind being 50. I don’t mind anymore being 60 because i don’t have to proof anything anymore.”

Sebagai generasi Y yang sedang menuju masa-masa quarter life crisis, aku tau rasanya punya ekspektasi tinggi terhadap segala hal dalam hidup. Segala hal ingin dicapai, segala aktivitas mau ditekuni, dan harus membuktikan eksistensi diri pada dunia. Sky will be the limit. Hidup ini jadi seperti kompetisi yang terus menerus berjalan. Setelah satu hal tercapai, muncul impian lainnya yang harus ditaklukan.

Tapi mungkin itu hanya ego kita. Ego yang baik tentunya, karena membawa kita ke pencapaian-pencapaian baik dalam hidup ini. Pada akhirnya ego kita akan mengalah. Bukan hanya kondisi fisik yang melemah dan kesempatan yang sedikit demi sedikit hilang, tapi juga mungkin hati yang semakin bijak melihat hidup ini. Setelah terus berlari puluhan tahun, garis finish tau-tau ada di depan mata. Mungkin itu akan terjadi nanti di umur 60 tahun, atau 65, atau jauh lebih awal dari itu.

Mengingat masa ‘menikmati hidup’ itu akan datang suatu hari nanti, seharusnya hari ini aku dan kita semua bersyukur akan semangat berkompetisi yang kita miliki. Di umur 60 nanti, bukankah kita semua mau menengok ke belakang dengan perasaan puas? Bahwa kita telah menjalani hidup dengan sebaik-baiknya tanpa penyesalan. We all need to do our best, take chances, go out from the comfort zone, push ourselves to the limit, follow our passion, do things that excite us, and make a decision about what we want to do in life.

Khun Stefaan berasal dari Belgia dan beliau adalah sosok yang menyenangkan. He’s really thoughtful and open-minded. Pertanyaan pertama yang beliau tanyakan ke aku saat kami lunch bareng adalah “how’s the economy going in Indonesia?” yang membuatku terbengong sejenak karena saat itu aku hanya tau sedikit tentang keadaan ekonomi di Indonesia. I like him a lot, di mataku beliau adalah pemimpin yang bisa engage dengan baik dengan seluruh pegawainya, sampai ke level intern seperti aku. I wish him a wonderful life ahead… 🙂

 

♥ Atiqah Zulfa Nadia

Kingdom of England

If someone talks about queen, palace, prince, princess, duke, duchess, and any other royal-related words, our mind must be heading to one thing : the oldest kingdom that still lasts until today, The Kingdom of England. Pardon my narrow knowledge, before i went to Europe, i didn’t know that Netherlands also has a kingdom. Terribly sorry for that.

Anyway, do you remember that Princess Kate and Prince William hold the title of Duke and Duchess of Cambridge? And do you also remember that Prince Charles holds the title of Prince of Wales? I wonder where that came from and i got a chance to ask my local tour guide about that. I will now share the answer with you.

Every first son of the King and Queen will be given the title of Prince of Wales (and his wife will hold the title of Princess of Wales). So later on, when Prince Charles become King Charles, Prince William will also hold the title of Prince of Wales. Prince Harry will never hold that title because, obviously, he’s the second son of the king. About the title of Duke and Duchess of Cambridge for Will and Kate, Queen Elizabeth give that title as a marriage gift to them. So, that’s why.

The local tour guide also gave me an additional information. When Lady Di still married to Prince Charles, she held the title of Princess of Wales. But then they divorced and Prince Charles is now married to Camilla Rosemary but she doesn’t hold the title of Princess of Wales. Why so? Because the title Princess of Wales has been strongly attached to the figure of Lady Di and Camilla doesn’t want to upset people in England for taking over that title from Lady Di.

Interesting facts.

1383745_10201184309024425_2056859335_n

Buckingham Palace is very popular, not only for international tourist, but also for local tourist. Every summer, the palace is open for public, at the time when Queen Elizabeth is having a vacation to Windsor Castle (if i’m not mistaken). But too bad, it’s already full-booked when i got there so i couldn’t get inside. The palace has hundreds of rooms, immensely huge indeed. See how many windows are there? Oh, and if you come in the right time, you can enjoy the parade of changing the guard at the palace. Without any doubt, palace or castle hopping is an activity that one should never skip when traveling to the UK.

 

♥ Atiqah Zulfa Nadia

The Intern

I was a lucky girl indeed for having the chance to worked as an intern in Bayer Material Science Thailand. I was both excited and nervous at the same time. That was my first time to be apart for so long from my family. However, i didn’t have to live on my own because Putri, my best friend was also coming. We spent the whole 7 weeks together in Rayong, the city where my office (well, factory, to be exact) is located.

1016041_10200550223892693_660766911_n

I never thought that Rayong is so far from Bangkok, the capital city of Thailand, the heaven for girls because lots of cheap fashion items are sold there. I was a bit sad, at first, because i already imagined myself exploring all the shopping center in Bangkok. Definitely the trip really was meant for working, not shopping! The great thing was that my accommodation is so homey, modern, and luxurious.

My first and second working day were a bit like a lecture. I was taught about the whole activities in the factory: the product, the process, the safety, etc. I remember i was totally lost when a guy tried to explain a particular chemical process to me. But thankfully, i was put in Business Process Improvement department. So, no chemical process at all. My boss was really nice and my teammates were just awesome!

I got my own desk and my own laptop. I was totally excited about that. It seemed so professional. During my internship period, i was asked to do several projects and i also had to do a final presentation before returning home. Mainly, my project was about inventory management. I had to review and propose a solution for the problem that occurred in the factory. Turned out, not all problems can be solved according to the theory that we learned in the university. The reality is not that easy, many factors have to be taken into account and there are many limitations, too. That’s the most valuable thing that i learned from my internship that made me see things differently.

So, to all university students out there: enrich yourself with an internship experience. Only studying won’t take you anywhere, this is really the step one must take before entering a professional world (having a job). Internship is just so wonderful.

 

♥ Atiqah Zulfa Nadia

 

Innsbruck, Austria

It might be not too popular in our generation but to me the movie of The Sound of Music is one of the best movie ever. Julie Andrews took part as the main actress in this musical movie. If you haven’t watch it, i highly recommend you to watch it (though now it might be quite hard to find a store that sell the DVD). The story of the movie took place in Austria, i don’t know which city. In 2013 i got the chance to visit Austria, to the city of Innsbruck.

The city is surrounded by hills and mountains. It’s green, it’s windy, and it’s quite cold. It’s not a metropolitan city and you won’t see many skyscraper. The environment is just perfect for relaxing and enjoying the beautiful life that God has given to us. Oh, and the buildings. The buildings are beautiful. The architecture is amazing.

20130811_162721

One of many things that people should know about Austria is that it’s a home for the famous crystal in the world: Swarovski. Innsbruck not only offers a beautiful scenery, but also an entertaining traditional dance. I watched the dance at night. The dancers wear a traditional clothes of Austria. The dance is quite similar to tap dance, you can hear the rhythm of the shoe. The dancers also clap their hands, turn around, and sing. Most of the songs contain this kind of sound ‘lay ee odl lay ee odl lay hee hoo’, they sang it with a shrilly voice. I think the reason why the people shrill is because in the old times, they live in a huge village, where the distance between one house to another is quite far. Therefore, if they want to call someone, they have to shrill. But they have a beautiful voice, so it’s okay to hear them shrilling everyday, to be honest. It’s totally different from the crazy-random-screaming drunk people do.

The performers have their own special way to satisfy the audiences. When we enter the restaurant (where the performance is held), we are asked about where we are coming from. It’s a normal question, i thought, because there were so many tourists watching. But the performers actually prepared something for us, the tourists. At the end of the performance, they sang the national song from each of the audience’s home country: Israel, America, Japan, and so on. For Indonesia, they sang ‘Halo Halo Bandung’. They knew the song, i was amazed! I sang along with them and i love the performance so much! Don’t miss out this performance if you visit Innsbruck one day, promise me 🙂
 

♥ Atiqah Zulfa Nadia

Non-transactional Person

Do as you wish to be done by others.

Sounds familiar, right? We are always told to be kind and polite to other people in order to get the same thing.

But, we all need to fully understand that people does not necessarily be polite and kind to you in return. I’m telling the truth because the main point of ‘do as you wish to be done by others’ is not about what we will gain in return; it’s about how we are, what we do, what we give. So, when we’re being nice to others, we should not expect anything.

Sometimes when we smile, people don’t smile back. When we lend something, people won’t lend us anything when we need it. And so on. But it doesn’t matter. It shouldn’t matter at all. You don’t stop the ‘do as you wish to be done by others’ thingy after getting none from other people. Because the advice is about us, it does not relate to other people.

Being kind, respectful, friendly, and polite is our business with God. What they do to us in return is their business with God. All that important is God knows what we’ve been doing and people being nice to us in return is a bonus.

Let’s be a non-transactional person, shall we?

 

♥ Atiqah Zulfa Nadia

The Perfect Skincare

Aku bukan makeup and skincare junkie, terutama karena kulitku sensitif dan super kering, jadi aku ngga berani coba-coba skincare sembarangan. Dari sejak SMP aku pakai sabun cuci muka dari dokter kulit dan alhamdulillah cocok sampai sekarang. Aku sempat juga pakai produk perawatan lainnya dari dokter tapi ngga betah karena banyak step-nya. Selain itu, aku juga berniat untuk ngga terlalu bergantung pada produk dokter karena bakal ribet banget kalau suatu hari ngga bisa lagi dengan mudah membeli produk dokternya (seperti sekarang ini).

Aku punya masalah wajah yang mengganggu banget, yaitu whiteheads di beberapa bagian wajahku (hidung, daerah dagu, dan sisi kanan dan kiri mulut). Aku suka risih karena terlihat ngga bersih aja. Yang aku tau, untuk membasmi whiteheads caranya adalah harus sering scrubbing. Tapi, kulitku yang super kering ini sering terasa perih kalau aku scrubbing setiap hari. Jadi serba salah…

Akhirnya aku googling dan cari-cari info sampai akhirnya memutuskan untuk mencoba rangkaian Visibly Clear-nya Neutrogena. Aku pakai tiga produknya, yaitu: oil free moisturiser, blackhead eliminating daily scrub, dan 2 in 1 wash and mask.

IMG_7247.PNG
Udara dingin di Manchester bikin mukaku yang berjenis kering menjadi semakin kering. Oil free moisturiser dari Neutrogena berhasil meng-hydrate kulit wajahku seharian dan karena dia oil free, aku jadi ngga perlu takut jerawatan. I can apply it as much as i need.

Aku bahagia banget akhirnya menemukan scrub yang bisa aku pakai tiap hari dan ngga memberi efek samping apa-apa ke kulitku! Mungkin karena Neutrogena blackhead eliminating daily scrub memang diformulasikan untuk pemakaian sehari-hari. Butirannya lembut banget, ngga sakit ketika di-massage perlahan ke wajah. Seusai scrubbing, kulitku jadi lembut dan no kasar-kasar akibat whiteheads.

Sejauh ini aku selalu pakai Neutrogena 2 in 1 wash and mask sebagai masker, belum pernah coba untuk cuci muka. Aku pakai 2 hari sekali sesudah scrubbing. Fungsi dari masker ini untuk membersihkan pori-pori secara menyeluruh, jadi bisa prevent whiteheads dan blackheads untuk muncul lagi.

So far, i’m satisfied dengan produk-produk Neutrogena. Selain karena cocok dan dia ampuh mengatasi masalah kulitku, semua produk Neutrogena dikembangkan bersama dermatologist jadi aman dan ngga mengandung bahan berbahaya. Ditambah lagi, Neutrogena termasuk brand kategori drugstore yang cukup terjangkau dibanding brand lain yang juga direkomendasikan banyak orang (Clinique, misalnya). For now, i’m going to stick with this dan semoga kalau balik ke Indonesia nanti aku ngga kesulitan cari produknya hehehe.

Semoga kalian segera menemukan the perfect skincare for your own dan untuk yang udah menemukannya, yuk rajin-rajin merawat wajah (dan tubuh) kita karena itu salah satu bentuk rasa syukur terhadap nikmat yang Allah berikan 🙂

 

♥ Atiqah Zulfa Nadia