Letaknya di Afrika bagian Utara. Meskipun berada di benua Afrika, kekerabatan Maroko lebih dekat dengan negara-negara Arab. Bahasa yang digunakan di negara ini aja bahasa Arab. Selain itu, bahasa Perancis juga cukup common digunakan oleh masyarakat Maroko. Negara yang masih memiliki raja ini dulunya pernah dijajah secara administratif oleh Perancis (jadi segala kegiatan administratif negaranya diatur oleh Perancis while untuk kegiatan lainnya kerajaan dan pemerintahan Maroko masih punya kuasa penuh). Mata uang negara yang terkenal akan argan oil-nya ini adalah Moroccan Dirham. Please do remember to exchange your local currency to Moroccan Dirham, not Dirham! Aku soalnya sempet salah nuker uang, yang aku dapet adalah Dirham-nya Saudi instead of Maroko.
My itinerary was Casablanca-Rabat-Tangier. Sebetulnya ada dua kota lain yang menarik di Maroko, yaitu Fez dan Marrakesh. Sayangnya aku ngga mampir ke sana š¦ Hopefully next time..
Dulunya aku pikir Casablanca adalah ibu kotanya Maroko. Ternyata, Casablanca adalah kota terbesar di Maroko. Sama kayak dulu aku mengira Istanbul adalah ibu kota dari Turki. Hehehe š Kalau lihat landscape dan tata kotanya, Casablanca itu seperti Jakarta tahun 80-an (sok tau banget, padahal tahun 80-an belum lahir). Mirip deh sama setting film-film jaman dulu. Satu hal yang aku notice, mobil-mobil mereka ngga terawat. They are also famous for being reckless drivers. Di hari pertama aku di sana, bus yang aku tumpangi menabrak sebuah taksi yang menyalip sembarangan. Gempar deh dunia, penumpang taksinya marah-marah. Well, that’s not important tho. Selain itu, bus umum di sana juga sama mengenaskannya sama bus umum di Jakarta.
Here’s some highlights from Morocco
Hassan II Mosque
Masjid yang sangat megah ini dibangun di atas tanah reklamasi, jadi letaknya bener-bener di ujung daratan. Konon di-claim sebagai masjid terbesar ketiga di dunia dengan menara tertinggi di dunia. Uniknya, banyak masjid di Maroko bentuk menaranya kotak instead of bulat (well, balok instead of tabung). Halaman masjidnya luas banget, no wonder masjid ini bisa menampung banyak sekali jamaah. Ornamen di masjid ini Moroccan-style banget, meskipun arsiteknya adalah orang Perancis. Tourist can come inside dengan membayar tiket seharga 120 dirham.
Jimat untuk Rumah
Kalau di Turki kita mengenal blue eye sebagai some kind of amulet, di Maroko ada telapak tangan yang menelungkup, namanya Hamsa. Biasanya Hamsa dipasang di pintu rumah sebagai protection dari hal-hal yang ngga baik. Waktu aku jalan-jalan di gang perumahan di Casablanca, emang rata-rata setiap pintu disertai dengan Hamsa.
Water Seller
Selain menjual minuman, kayaknya mereka sekaligus beratraksi dengan pakaian yang khas. Soalnya penghasilan mereka juga dari turis-turis yang minta foto bareng (kayak aku). Wadah minumannya konon berasal dari kulit sapi. Itu wadahnya yang dia selempangin di lehernya. Entah di dalamnya air apa (semoga sih air minum bersih).
Rue Soekarno
Di Rabat, ada sebuah jalan yang diberi nama Rue Soekarno. Yes you read it right, nama jalanan itu pun emang diambil dari nama Bapak Presiden RI yang pertama. Jadi, setelah Perang Dunia kedua, negara-negara Asia dan Afrika menggelar konferensi (KAA) di Bandung. I bet you all still remember ya.. Nah di konferensi itu Pak Karno sangat mensupport kemerdekaan Maroko yang saat itu masih belum merdeka. Setelah akhirnya merdeka, Maroko ingin membalas budi kebaikan dan support Bapak Soekarno. Ketika ditanya mau hadiah apa, Bung Karno saat itu menjawab bahwa beliau ingin rakyat Indonesia supaya bisa bebas masuk ke negara Maroko. Dari situlah asal usul kenapa kita para Indonesians ngga perlu apply visa untuk pergi ke sana. Selain itu, nama Soekarno pun dijadikan nama dari sebuah jalan di Rabat (anyway, ada Rue Bandung juga). Sebagai balasan, di Indonesia juga di buat deh jalanan dengan nama Kasablanka, di mana mall Kokas berdiri.
Sekian dulu untuk cerita Maroko bagian pertama! To be continued…
ā„ Atiqah Zulfa Nadia