Minggu lalu aku baru aja selesai baca sebuah buku yang menarik banget. Judulnya The Subtle Art of Not Giving a F*ck. Intinya buku tersebut mau mengajarkan kita untuk ngga ambil pusing mengenai terlalu banyak hal. We should pay attention to several matters in life, but not everything. Yang pertama tentu karena we only have this much of attention span, and 24 hours a day, 7 days a week untuk bisa memikirkan semua hal dalam hidup. Kedua, karena ada hal-hal yang di luar kendali kita and we can only do so little about it. Ketiga, karena as I’ve written about this in another post, society is way too noisy. Dan hidup setiap orang ngga bisa di-sama-samain. We all are unique.
Nah alasan keempatnya nih, which is the last chapter of the book, yang aku suka banget. And it’s a very good reminder for us all. Alasan tersebut adalah cause we will end up dying.
We ain’t gonna live forever. Pada akhirnya ada satu waktu di mana kita harus meninggalkan kehidupan kita di dunia. We’re gonna die anyway, jadi buat apa terlalu mikirin hal-hal yang kurang penting, things that do not matter so much in our life. So we gotta pick very carefully and very wisely, hal-hal apa saja yang mau kita pedulikan dalam hidup ini.
Since we’re going to die, one day, hal-hal tersebut harus merupakan sesuatu yang meaningful. Many people try to leave traces in this world. Ada yang nulis buku, menciptakan sesuatu, dan lain-lain supaya ketika mereka meninggal, mereka ngga benar-benar hilang dari muka bumi. And if you believe in the life after death just like me, kita tentu juga harus make sure bahwa hal yang kita pedulikan tersebut bisa membawa kita ke kehidupan yang lebih baik setelah meninggal nanti.
Some said ignorance is a bliss. Yes, true, only if we choose the right things to ignore. As compensation, we also have the right things to care about (or like the book said, to give a f*ck about). Sooo, dengan memilah-milah mana yang penting dan mana yang engga, beban hidup jadi lebih ringan and we will end up being happier. Who wouldn’t want that?
♥ Atiqah Zulfa Nadia